Jumat, 29 Juni 2012

KCK CTA My Version


Cerita ini berawal ketika Taufan berkumpul dengan keluarga nya.
Taufan : "Pa, Ma, Fadil. Ada hal yang mau aku sampaikan ke kalian."
Fadil : "apa, Fan."
Taufan : "ehm aku. (Dalam hati)astagfirullah kepalaku."
Ambar : "Fan, kamu kenapa."
Taufan : "nggak apa, Ma. Taufan nggak apa. Taufan mau pamit sama kalian."
Tama : "memang kamu mau kemana."
Taufan : "besok setelah acara siraman Indy, aku mau pergi ke Amerika."
Semua terkejut mendengar nya,
Semua : "Amerika,."
Fadil : "loe bercanda, Fan."
Taufan : "Gue serius, Dil."
Ambar : "nggak, kamu nggak boleh pergi."
Taufan : "aku mohon, Ma. Aku mau berbisnis disana."
Setelah banyaknya bujukan, akhirnya mama mengijinkan Taufan berangkat meski hati mama berat sekali. Sementara Fadil, dia bingung kenapa disaat dia sudah bersatu sama Kamila dia harus berpisah dengan Taufan. Saat Taufan dan Fadil saling bicara.
Fadil : "jadi loe beneran mau berangkat, Fan."
Taufan : "iya,Dil."
Fadil : "apa karena gue loe pergi."
Taufan : "gue pergi karena ada bisnis dil. Udah loe tenang aja, gue akan baik-baik aja disana."
Fadil : "tapi, Fan. Loe belum ada setahun disini. Masa loe mau pergi lagi."
Taufan : "menurut gue, loe lebih bahagia dan damai kalau gue pergi. Bukannya loe yang suruh."
Fadil : "maksud loe."
Taufan : "maksud gue, loe."
Lagi-lagi, kepala Taufan mendadak sakit Fadil disamping nya khawatir langsung.
Taufan : "gue nggak apa, Dil. Loe jangan khawatir ya."
Fadil : "Fan, kalau loe pergi karena gue. Gue nggak ijinkan."
Taufan : "(berdiri)Fadil, mau loe apa sih. Egois banget jadi orang, gue disini salah. Gue pergi salah hah.(Menuju kamar)"
Fadil : "Taufan, tunggu."
Di kamar,
Taufan : "sebenarnya aku kenapa ya, kenapa aku selalu pusing seperti ini."
Keesokan harinya, keluarga Reinaldy melakukan acara siraman untuk Indy. Taufan memilih menjauh dari keluarganya. Fadil dan Kamila bersebelahan.
Andara : "hari ini kamu jadi pergi, Fan."
Taufan : "iya, Ra. Kenapa."
Andara : "nggak apa, Fan. Aku pasti akan kangen sama kamu."
Taufan : "aku juga, Ra. Oh iya, sebelum aku pergi aku ada sesuatu buat kamu."
Andara : "apa, Fan."
Taufan : "Ra, aku sangat mengharapkan kamu menjadi pendamping aku nanti tapi semua ini hanya keinginan saja. Karena bisa saja, ini pertemuan kita yang terakhir."
Andara : "kenapa kamu bicara seperti itu."
Taufan : "aku, aku sakit Ra."
Andara : "maksud kamu."
Taufan : "aku nggak bisa kasih tahu sama kamu sekarang."
Dari kejauhan, Kamila melihat Fandara.
Kamila : "kak, itu kak Taufan sama Andara lagi ngapain."
Fadil : "mungkin lagi perpisahan, kan hari ini Taufan mau ke Amerika."
Taufan : "Ra, aku mau kamu kasih semua rekaman ini ke acara 40 hari kelahiran anak Fadil dan Kamila."
Andara : "rekaman apa, Fan."
Taufan : "nanti kamu akan tahu, Ra."
Tak lama kemudian, acara siraman selesai.
Taufan : "acara selesai, itu artinya aku akan pergi."
Sejam kemudian, Taufan pamitan dengan keluarga Reinaldy, Edo, Eyang Tini, Harris, dan Laras.
Taufan : "Pa, Taufan pamit ya."
Tama : "kamu jaga diri baik-baik sayang."
Taufan : "iya, Pa. Ma, Taufan pergi ya."
Ambar : "Fan, mama ikut ya. Mama nggak mau kamu pergi lagi."
Taufan : "ma, aku pasti pulang kok. Jangan sedih ya ma. Fadil."
Fadil : "Taufan, loe yakin mau pergi."
Taufan : "iya, dil. Gue yakin. Kamila."
Kamila : "kak Taufan."
Taufan : "aku pergi, jaga kandungan kamu baik-baik ya."
Kamila : "iya kak, kak Taufan jaga ginjal nya ya."
Taufan : "iya, Mila. Andara."
Andara : "(pelukan)Taufan, aku."
Taufan : "sstt, (melepas pelukan)jangan sedih rara sayang, jaga diri kamu ya. Aku sayang sama kamu."
Andara : "aku, juga sayang sama kamu."
Taufan : "Edo, selamat ya. Semoga loe dan Indy bahagia, gue minta maaf kalau selama ini gue kasar sama loe."
Edo : "iya, Fan. Gue juga minta maaf."
Taufan : "iya, Do. Indy, semoga kamu jadi istri yang baik ya."
Indy : "iya, Fan. Makasih ya."
Taufan : "om harris, tante laras bu Tini, saya pamit. Dan saya titip makam Alena ke kalian, kalau saya tidak kembali. Untuk om Haris jaga ginjal anda baik-baik."
Haris : "terima kasih, Fan."
Setelah acara pisah, tampak ada Alena hadir di tengah-tengah.
Taufan : "Alena."
Alena : "Taufan(pelukan)"
Taufan : "aku senang ketemu kamu."
Alena : "aku juga, Fan."
Kamila : "Alena."
Alena : "Fan, aku akan selalu ada dihati kamu."
Taufan : "kamu juga sayang. Aku pergi ya."
Akhirnya Taufan pergi juga ke Amerika, hari berganti hari, bulan berganti bulan. Taufan mendapat kabar kalau Kamila sudah melahirkan.
Taufan : "selamat, dil. Gue ikut bahagia."
Fadil : "iya, Fan. Jadi kapan loe pulang."
Taufan : "gue. Aw kepalaku."
Fadil : "hallo, Fan. Fan, lho kok putus."
Taufan pergi ke RS, dan disuruh CT-scan ternyata hasilnya.
Dokter : "Bad news, kamu mengidap kanker otak stadium 3."
Taufan : "what's, oh no. This not maybe, I don't have cancer. Ahh."
Dokter : "hei, keep silent. Temuilah dokter ahli bedah yang bernama Dr. Maharani dia dokter penangan dalam masalah ini. Dia asli Jakarta."
Taufan : "baik dok. Thanks."
Di Apartement nya, dia menelpon Andara.
Andara : "Apartement, iya ya. Aku bantu. Bye."
Seminggu kemudian, Taufan tiba di Jakarta. Dia menceritakan semuanya ke Andara.
Andara : "Apa, kanker otak stadium 3."
Taufan : "iya, (menceritakan)"
Andara : "baiklah aku akan rahasiakan ini semua dari keluarga kamu."
Sementara itu, keluarga Reinaldy mengadakan 40 hari lahirnya putri Fadil dan Kamila yang bernama Fadilla Anugrah Putri Reinaldy. Setelah selesai,
Andara : "Kamila, ini ada titipan dari Taufan sebelum dia pergi."
Kamila : "apa ini, Ra."
Andara : "itu rekaman, Mila. Kamu akan melihat berapa besar pengorbanan Taufan untuk kamu dan Fadil, dia pergi ke Amerika hanya untuk kalian saja."
Kamila : "Apa."
Andara : "iya, dia yang cerita semuanya. Dan setelah kamu melihat ini, kamu akan melihat siapa yang jahat selama ini.(Meninggalkan Kamila)"
Kamila melihat rekaman itu, tampak disitu ada Taufan yang menyamar jadi Fadil. Mulai dari Taufan tidur di lantai, bak mandi, di sofa, bahkan ada Fadil memarahi perbuatan Taufan itu. Dan Taufan hanya bilang kalau semua ini dia lakukan demi anak Fadil, aku nggak ada maksud untuk ini itu sama Kamila. Hanya karena itu, Taufan malah rela di marahi-dipukuli siapapun ditengah kondisi sakit saja dia malah tetep rela hujan-hujanan untuk mencari Kamila. Taufan melakukan semua ini demi keselamatan calon anak Fadil dan Kamila. Setelah melihat tayangan itu, Kamila sedih dan menyesal atas sikapnya ke Taufan ingin dia menemui Taufan tapi dia nggak mungkin ke Amerika. Sementara itu, Taufan melakukan kemoterapi yang pertama. Taufan sempat pesimis tapi berkat bantuan dari Andara Taufan berjuang keras. 1 bulan kemudian, kanker Taufan mulai hilang, meski rambutnya kini tinggal sedikit. Memori pengingat nya pun mulai menurun, dia sudah mulai lupa termasuk nama Alena. Suatu malam, Taufan pergi sendirian tanpa di temani Andara. Dia nongkrong di Red Cafe, ternyata disitu ada Fadil yang akan makan malam. Tapi sayang, mereka nggak ketemu karena Taufan keluar lewat pintu lain. Tapi, Taufan meninggalkan obat nya. Dan ditemukan pelayan, karena Fadil mirip dengan Taufan.
Pelayan : "maaf, pak."
Fadil : "iya."
Pelayan : "anda pemilik obat ini."
Fadil : "bukan."
Pelayan : "tapi, tadi saya lihat anda bawa ini."
Fadil : "maksud anda ada yang mirip saya gitu."
Pelayan : "iya."
Fadil : "makasih. (Dalam hati)apa yang dimaksud pelayan tadi adalah Taufan. Masa iya, Taufan di Jakarta. Terus obat apa ini.(Melihat obat)astagfirullah, ini kan obat."
Fadil sangat shock, dia berharap Taufan tidak kenapa-napa. Dirumah ketika itu sepi, mama papa pergi undangan. Kamila nemenin Eyang Tini.
Fadil : "Taufan, loe ada dimana sih."
Sementara itu, Taufan kembali merasa pusing. Untung dia masih punya, cadangan obat. Setelah minum obat, Taufan istirahat.
Fadil : "oh iya, Andara. Pasti dia tahu.(Menelpon Andara)"
Andara : "Fadil, ada apa."
Fadil : "Bisa kita ketemu. Ada hal yang mau aku bicarakan sama kamu."
Andara : "dimana, red Cafe ya."
Fadil : "iya, Ra. Bye."
Di Red Cafe,
Fadil : "Ra, apa kamu tahu dimana Taufan."
Andara : "kenapa kamu tanya tentang Taufan, bukannya kamu tahu sendiri kalau dia sekarang ada di Amerika."
Fadil : "udah deh, Ra. Kamu jangan bohong, aku tau semuanya. Kamu tahu tadi aku ketemu Taufan."
Andara : "oh, terus."
Fadil : "kamu gimana si, aku tanya kamu malah balik tanya. Oh iya aku mau tunjukkan sesuatu."
Andara : "Apa."
Fadil : "kamu pasti tau kan ini apa."
Andara : "itu semacam vitamin, kan."
Fadil : "kamu lupa, aku ini kan dokter."
Andara menangis, dia nggak sanggup cerita tentang kondisi Taufan yang sakit parah.
Fadil : "kenapa kamu nangis, Ra."
Andara : "aku nggak sanggup cerita ini semua ke kamu, Dil. Aku udah janji sama Taufan."
Fadil : "janji, tapi aku ini saudara nya Ra. Masa aku nggak boleh peduli sama dia."
Andara : "aku kasih alamat nya saja, kamu temui dia aja ok."
Fadil : "ya sudah kalau begitu."
Andara : "ini, tapi aku juga minta rahasiain ini dari keluarga kamu. Apalagi ke Kamila."
Fadil : "kenapa."
Andara : "Karena Taufan nggak mau bikin mereka sedih dan Taufan nggak mau membuat Kamila bersalah atas semuanya. Jadi aku mohon jangan ya."
Fadil : "baiklah, kalau begitu. Aku duluan."
Di rumah,
Fadil : "(dalam hati)lebih baik kesana nya besok pagi saja, kan kasihan kalau aku ganggu malam-malam gini."
Keesokan harinya, Fadil pamit ke Kamila.
Kamila : "Kak Fadil."
Fadil : "Iya,Mila."
Kamila : "nanti Mila ada arisan sama mama, nggak apa kan."
Fadil : "iya nggak apa kok sayang, tapi asalkan nanti malam jalan-jalan sama aku."
Kamila : "kemana kak."
Fadil : "ehm, ada deh. Ada 2 pilihan, jalan-jalan ke pasar malam, bioskop."
Kamila : "dua-duanya boleh."
Fadil : "yang bener nih, serius."
Kamila : "iya, kak. Mila serius."
Fadil : "ok, kamu pulang jam 6 ya."
Kamila : "siap, bos."
Fadil : "ya udah, aku berangkat kerja dulu ya."
Kamila : "iya kak, sun dulu dong."
Fadil : "(cium pipi Kamila)gantian dong."
Kamila : "(cium pipi Fadil) hati-hati ya kak."
Fadil : "iya, assalamualaikum."
Kamila : "waalaikumsalam."
Setelah Fadil pergi,
Kamila : "(dalam hati)hm, sebenernya gak ada arisan sih. Kerjain kak Fadil ah.(Masuk rumah)"
Di rumah, Kamila tampak sibuk untuk membuat sesuatu. Dia membuat Kue bolu khusus suami tercinta nya. Setelah bahan sudah lengkap, baru deh Kamila mulai masak.
Kamila : "hm, enaknya aku kasih apa ya. Coklat, nanas, stroberi, atau. Hmm."
Pikiran Kamila muncul untuk memberi hiasan pada kuenya.
Kamila : "aku tulis Fadil Reinaldy n Kamila Regina Putri selamanya."
Setelah menghias jadi deh tuh kue, Kamila simpan rapat di kulkas. Sementara itu, Fadil akan mengunjungi Taufan. Setiba di apartement Taufan.
Fadil : "(mengetuk pintu)"
Taufan : "(membuka pintu)"
Fadil : "Taufan."
Taufan : "Fadil."
Fadil : "(peluk Taufan)"
Taufan : "hah."
Fadil : "loe kemana aja, Fan. Kenapa loe nggak kasih kabar kalau loe ada di Jakarta, gue kangen sama loe."
Taufan : "Fadil, (melepas pelukan)siapa yang kasih tahu alamat gue."
Fadil : "dari Andara, Fan. Tapi loe jangan marah dulu sama dia karena gue yang paksa dia."
Taufan : "oh, masuk dulu dil."
Setelah masuk,
Taufan : "ada apa, Dil. Tumben loe kemari."
Fadil : "ini gue mau kasih ini, (serahin obat)"
Taufan : "oh, makasih ya Dil. Gue yakin loe pasti tau obat apa ini."
Fadil : "Fan, ada yang mau tanyakan ke loe."
Taufan : "Apa, Dil."
Fadil : "sebenernya loe sakit apa, kenapa loe minum obat macam itu."
Taufan : "itu vitamin gue, dil. Loe tau kan kalau ginjal gue tinggal 1."
Fadil : "Udah deh, Fan. Loe jangan bohongin gue. Loe pikir gue bego apa, gue itu dokter jadi gue tau itu obat apa."
Taufan : "haha, loe tuh ya. Mentang-mentang dokter, loe sombongin ke gue."
Fadil : "Taufan."
Taufan : "(menatap mata Fadil)"
Fadil : "udah deh, loe jangan bohong lagi sama gue. Lebih baik loe jujur aja deh sekarang, gue janji akan bantu loe."
Taufan : "(sedih dan meneteskan air mata)"
Fadil : "(deketin Taufan)loe kenapa nangis, Fan."
Taufan : "gue, gue sakit Dil."
Fadil : "sakit apa, Fan."
Taufan : "dokter Amerika bilang kalau gue mengidap kanker otak stadium 3."
Fadil : "APA?! Kanker otak stadium 3."
Taufan : "iya,dil. Gue sedih banget denger ini semua."
Fadil : "astagfirullahalazim, (ikut nangis)"
Taufan : "Fadil.(Bersandar di dada Fadil)"
Fadil juga ikutan nggak percaya apa yang terjadi pada kakak kembarnya itu, seolah ini adalah mimpi buruknya. Ingin dia bangun dari ini semua, tapi ternyata itu semua adalah nyata.
Taufan : "Fadil, gue nggak tahan semua ini semua pengobatan gue ini sangat menyiksa gue."
Fadil : "maksud loe."
Taufan : "(melepas kupluknya)loe lihat Dil, rambut gue nipis banget kan. Gue bakalan botak dil."
Fadil : "astagfirullahalazim, loe."
Taufan : "gue nggak sanggup, dil."
Fadil : "jadi..."
Taufan : "iya, Dil. Gue sakit dil."
Fadil : "Ya Allah, Fan.(Peluk Taufan)"
Taufan : "(sedih)gue nggak tahan, dil."
Fadil : "sabar,Fan. Ini cobaan dari Allah."
Taufan : "loe nggak ngerti, dil. Semua pengobatan gue ini sangat menyiksa gue."
Fadil : "tapi, Fan."
Taufan : "kenapa ini harus terjadi, Dil. Kenapa, aku nggak sanggup Dil."
Fadil : "(dalam hati)Ya Allah, kenapa Taufan harus engkau uji dengan penyakit keras itu. Apa salah Taufan?"
Taufan : "(lepas pelukan)sorry dil, gue."
Fadil : "nggak apa, Fan. Gue bisa ngerti kok."
Taufan : "oh iya, loe mau minum apa. Biar gue buatin."
Fadil : "nggak usah repot-repot Fan."
Taufan : "nggak apa kok, dil. Pasti loe mau tehh kan, gue buatin ya.(Menuju dapur)"
Fadil mengikuti Taufan ke dapur.
Fadil : "loe di Jakarta sejak kapan."
Taufan : "gue udah di jakarta 3 bulan yang lalu dil."
Fadil : "hah, 3 bulan. Kenapa loe nggak kasih kabar ke gue."
Taufan : "karena gue nggak mau menambah beban ke loe, Dil. Lagipula, loe kan harus fokus ngurusin putri loe. Jadi, loe gak perlu repot."
Fadil : "tapi, Fan. Biar gimanapun, loe itu saudara gue. Loe juga harus ngurusin loe, kalau loe kenapa-napa gimana."
Taufan : "Aku udah siap apabila Allah memanggil aku, Dil."
Fadil : "Taufan."
Taufan : "mungkin ini hukum karma kali."
Fadil : "maksud loe."
Taufan : "hukum karma buat gue, Allah sedang menghukum gue atas perilaku gue menyamar jadi loe."
Fadil : "hah."
Taufan : "iya, dil. Kalau aja loe nggak nolongin gue dari villa itu, pasti gue nggak akan berbuat seperti itu. Harusnya loe nggak peduliin gue waktu itu, biar gue mati aja."
Fadil : "Taufan, kenapa loe bicara seperti itu."
Taufan : "jelas gue bicara seperti itu, Dil. Kalau loe nggak nolongin gue pasti gue nggak akan berbuat bodoh dengan menyamar jadi loe, dan gue nggak akan mendapatkan hukuman karma ini."
Fadil : "nggak, Fan. Ini bukan hukuman karma buat loe, tapi cobaan dari Allah Fan."
Taufan : "itu menurut loe, tapi menurut gue iya Dil."
Fadil : "Taufan, cukup. Loe jangan bicara seperti itu, sekali loe bicara kayak gitu gue hajar loe."
Taufan berusaha mencairkan suasana yang sedang panas, dengan mengalihkan pembicaraan.
Taufan : "ini minuman buat loe."
Fadil : "makasih."
Taufan : "gimana kabar mama dan papa."
Fadil : "mereka baik-baik aja kok, Fan."
Taufan : "terus Kaffa gimana."
Fadil : "dia juga baik, dia mau gue masukkin ke playgroup."
Taufan : "oh gitu."
Fadil : "ya udah kalau gitu, gue pamit pulang ya. Loe jangan kecapekan, loe istirahat ya."
Taufan : "pasti Dil, lagian besok gue ada jadwal kemoterapi."
Fadil : "masa, kalau gitu gue jemput loe jam 9 ya."
Taufan : "hah, nggak usah Dil. Lagian gue sama Andara kok."
Fadil : "tapi, Fan."
Taufan : "udah, nggak usah. Buat gue loe kasih support ke gue udah lebih cukup kok."
Fadil : "ya sudah kalau itu mau loe, gue pamit pulang. Assalamualaikum."
Taufan : "waalaikumsalam."
Di rumah, Kamila masih sibuk menyiapkan surprise nya.
Kamila : "huah, kue udah es Krim strobery udah, hm. Aaa, aku kerjain dulu kak Fadil. Aku bakalan kasih tepung ke mukanya kalau perlu aku gojlok dulu. Hihi, maaf kak Fadil Mila lagi mau jahat sama kak Fadil tapi ntar happy ending kok kak. Hihihi."
Di luar, Fadil sudah datang.
Kamila : "hah, itu pasti kak Fadil(menuju pintu)"
Fadil : "(membuka pintu)"
Kamila : "(mematung)"
Fadil : "Kamila, kamu ngapain di depan pintu gini. Mau matung gitu."
Kamila : "kok baru pulang kak."
Fadil : "memang biasanya aku pulang jam segini kan."
Kamila : "oh tidak bisa, kok BBM Mila nggak dibales."
Fadil : "hah, kamu BBM aku Mila. Masa?"
Kamila : "nih tulisannya "kak, pulang sekarang" hayo, mau bohong sama istri cantik ini."
Fadil : "jangan galak-galak gitu dong, aku kan nggak tau."
Kamila : "oh tidak bisa, ayo masuk.(Pura-pura jewer Fadil)"
Fadil : "adeh, sakit Mila. Iyaya, aku masuk. Tapi lepasin dong."
Kamila : "ahh, buruan dong. Katanya mau ajak nonton."
Fadil : "iya sayang, aku mandi dulu lepasin dong."
Kamila : "huh."
Fadil : "(pegang telinganya)sakit sayang, kok galak gitu sih(cubit hidung Kamila)"
Kamila : "aw, sakit kak. Udah sana mandi, buruan."
Fadil : "iyaya, kamu kerasukan apa sih. Judes banget.(Masuk ke kamar mandi)"
Kamila : "(dalam hati)hihi, akting aku berhasil wkwk."
Setengah jam kemudian, Fadil dan Kamila sudah di ruang makan berdua.
Fadil : "kita ngapain disini."
Kamila : "udah nggak usah bawel, kak. Sekarang kak Fadil tutup mata nya dulu."
Fadil : "hah, kenapa."
Kamila : "tutup matanya."
Fadil : "iya aku tutup mata.(Menutup mata)"
Kamila : "inget jangan lihat, kalau lihat matanya bintitan lho."
Fadil : "iyaya, aku nggak lihat. Buruan."
Kemudian Kamila menyiapkan makanan dan minuman nya yang sudah dia buat tadi dan meletakkan di depan meja persis Fadil.
Fadil : "udah belum."
Kamila : "belum, kak."
5 menit kemudian,
Kamila : "okay, sekarang udah bisa dibuka."
Fadil : "(membuka mata)hah."
Kamila : "taraaa, happy aniversary wedding kak."
Fadil : "Kamila."
Kamila : "iya kak, hari ini kan aniv pernikahan kita."
Fadil : "kamu inget hari ini."
Kamila : "iya dong kak, masa nggak inget. Ini yang buat Kamila sendiri lho."
Fadil : "hah,(peluk Kamila) makasih sayang. Kamu bener-bener princess aku."
Kamila : "kak Fadil juga prince Mila kok."
Fadil : "tapi caramu jahat ah, masa aku di jewer dimarahi gitu."
Kamila : "(tertawa lepas)huahahaha."
Fadil : "idih, ditanya malah ketawa. Makin gila aja."
Kamila : "tapi gila-gila gini juga kak Fadil demen kan, hayo ngaku. (Senggol Fadil)"
Fadil : "iya aku ngaku, aku demen sama kamu. Tapi makasih ya, aku terharu sama semua ini sayang."
Kamila : "iya kak, sama-sama. Ayo kak, kita makan bareng."
Fadil : "ayo sayang."
Ketika makan,
Fadil : "wow, ini makanan yang terenak sepanjang hidup aku. Kamu jago banget, berarti bisa dong kalau kamu aku daftarkan jadi master chef."
Kamila : "(tersedak)apa, master chef."
Fadil : "iya."
Kamila : "(pegang jidat Fadil)kak Fadil nggak panas kan, berarti masih waras dong."
Fadil : "hah, kamu pikir aku lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar