Jumat, 29 Juni 2012

Story Westlife


Summerhil College School, sekolah impian ku yang ada di Sligo saat ini. Aku sangat menginginkan bisa masuk kesana. Oh iya, nama ku Mark Michael Patrick Feehily your call me Mark. Aku memiliki 2 adik yang pertama bernama Baryn dan yang kedua Collin. Mereka adalah adik-adikku yang tersayang. Ketika aku diterima disana, aku sungguh sangat bahagia. Betapa tidak, this is my dreams and now my dreams come true. My first day on my new school. Aku mulai ada rasa sedih, karena.
"Eh, ada anak baru disini."Kata seseorang sambil mendobrak mejaku.
"Hai, salam kenal. Aku Mark."Kataku sambil mengulurkan tanganku tapi.
"Nggak perlu."Kata dia sambil melempar tanganku.
"Aw, sakit."Kataku kesakitan.
"Cengeng banget sih jadi anak."Kata dia seraya pergi.
Aku tak mengerti mengapa dia tidak menyukaiku, aku mulai tahu siapa dia. Dia Kian John Francis Egan atau Kian, dia memiliki mata yang indah dan juga tubuh yang seksi aku mengagumi dia. Tapi, sayang. Dia selalu membullyi ku di sekolah. Aku tak pernah mengerti mengapa dia dan temannya selalu menyakitiku, apa yang salah denganku. Hingga tak lama kemudian, sekolah ku memiliki anak baru dia bernama Shane Steven Filan. Aku dekati dia.
"Hai, aku Mark."Aku mengulurkan tanganku untuk berkenalan dengannya.
"Aku, Shane."Kata Shane mengenalkan namanya.
"Senang, bisa bertemu dengan mu. Semoga kita bisa jadi sahabat ya."Kata ku tersenyum.
"Iya, aku juga demikian."Kata Shane tersenyum.
"Heh, MARK."Kata Kian teriak.
"Ada apa, Kian."Kataku padanya.
"Sekarang jelasin ke gue, apa maksud loe semalem."Teriak Kian.
"Hah, aku tak mengerti apa yang kamu maksud."Kataku.
"Iya, semalem loe jalan sama cewek gue kan. Iya, kan."Kata Kian semakin keras.
"Aku nggak jalan sama siapapun, swear god. If you're not believe with me, kamu bisa tanya dengan cewek kamu."Kataku jujur.
"Alah, nggak usah bohong deh. Heh, Shane. Kamu mau berteman dengan dia." Kata Kian pada Shane.
"Iya, aku lihat Mark anaknya baik kok. Gak kayak loe yang jahat dan seenaknya sendiri."Kata Shane membela ku.
Ya Tuhan, Shane membelaku.
"Loe berani ma gue, Shane."Kian menarik kerah Shane.
"Gue nggak takut, ngapain gue takut."Kata Shane semakin menantang.
"Udah, jangan pada berantem. Kalau kalian memang gak suka padaku tak apa."Kataku sambil pergi dari mereka.
"Mark."Shane hendak mengejarku, tapi dia menarik kerah Kian. " Heh, Egan. Urusan loe dan gue belum selesai, ngerti loe."Mendorong Kian dan mengejarku.
Aku terus berlari menuju kamar mandi, dan menangis disana. Aku mulai protes dengan Tuhan. "Tuhan, kenapa tak ada orang yang menyukaiku. Kenapa?"Kataku sedih.
"Mark, kamu didalam kah."Kata seseorang dari luar.
Aku membuka pintu kamar mandi "Ya Tuhan Shane mengejarku. Apa ini pertanda aku akan memiliki teman."Kataku dalam hati.
"Hei, kamu tak apa."Kata Shane padaku.
"Aku gak apa kok, Shane. Kamu ngapain ngejar aku."Tanyaku padanya.
Shane bukannya menjawab malah menggandeng tanganku menuju kelas.
"Hei, kamu belum jawab pertanyaanku Shane."Kataku.
"Boleh aku jadi sahabat kamu, Mark."Kata Shane tiba-tiba.
"Hah, kamu serius. Kamu mau jadi sahabat aku, Shane."Kataku tak percaya.
"Iya, aku serius. Aku melihat kamu orang yang baik, dan pantes untuk jadi sahabatku."Kata Shane serius.
"Wah, aku mau Shane. Mau banget. Sekian lama, aku menginginkan kehadiran seorang sahabat. Akhirnya, Tuhan mendengarkan doaku."Kataku terharu.
"Mulai sekarang, kamu dan aku bersahabat dan aku akan jadiin kamu seperti Adik aku sendiri."Kata Shane.
"Wow, Ya Tuhan. Terima kasih, Shane. Kamu mau menerima aku jadi sahabat kamu."Aku masih gak percaya.
Sejak hari itu, Aku dan Shane selalu bersama. Ketika ada pesta di teman kami, aku dan Shane datang bersama. Ketika pesta berlangsung,
"Heh, Mark Feehily."Kata seseorang dari mikrophone.
"Hah, Kian."Kataku menoleh.
"Loe rasuki apa ke Shane, sampai-sampai dia tunduk sama loe."Kata Kian. "Loe pasti pakai alat kan."
"Ya Tuhan, kenapa loe berkata seperti itu Kian. Gue nggak pernah seperti itu."Kata ku sedih.
"Biar gue yang hadapi, Mark."Kata Shane padaku. "Heh, Kian. Memang kenapa, kalau Gue deket sama Mark. Loe gak suka."Shane berhenti sejenak. "Kalau loe nggak suka sama Mark, jangan kayak gini dong caranya. Punya hati gak loe."Ucap Shane keras.
"Ya Tuhan, sampai segitu nya Shane membela ku. Shane udah, gak usah ditanggepin. Aku gak apa kok."Kataku mencegah Shane.
"Woi, kalau loe berani. Maju loe."Tantang Kian.
"Jangan, Shane. Gue mohon."Cegahku.
"Tak apa, Mark. Loe tenang aja ya."Katanya.
Aku pun ikut menuju arah Kian.
"Gue udah disini, sekarang mau loe apa."
"Mau gue loe, buuk."Kian menonjok muka Shane. Aku sangat terkejut.
"HENTIKAAN ! ! GUE MOHON HENTIKAN."Teriak ku keras.
"Heh, Mark. Sini loe ikut gue."Kian menarik tanganku.
"Mark."Shane mengejarku.
"Jaga dia."Perintah Kian pada anak buahnya.
Kian mengajakku ke tempat yang sepi, dia mengikat tanganku. Mengambil tongkat baseballnya.
"Mark, Are you ready."Tanyanya.
"Kian, sebelum loe lakukan itu. Ada hal yang gue perlu omongin ke loe."Kataku.
"Apa, katakan."Kian meletakan tongkat baseball itu.
"Sebenarnya, apa salah gue ke loe. Kenapa loe sangat membenci gue. Kenapa, Ki? Apa karena gue nggak seperti loe. Gue itu temen loe, tapi kenapa loe seperti menganggap gue musuh. Padahal, gue nggak pernah membenci loe. Loe nggak tahu, kalau gue sangat mengagumi mata loe itu tapi kenapa loe seperti ini ke gue."Kataku.
"Hah, loe mengagumi mata gue."Tanya Kian terkejut.
"Iya, gue sangat mengagumi keindahan mata loe. Mata loe yang indah memberikan kecerahan untuk gue, tapi kenapa loe gak pernah sadar hal itu. Loe sering sakitin gue. Gue kecewa ke loe, Ki."Aku kabur meski tangan gue terikat.
"Mark,tunggu."Kian hendak mengejarku. "Apa benar, gue udah kelewatan sama Mark."Ucap Kian dalam hati.
Aku tidak mengikuti pesta itu hingga selesai, aku memilih untuk menuju tempat aku kerja yaitu mengantarkan pizza. Setiba disana.
"Gak, aku gak boleh mencampuri ini dengan pekerjaan ku."Kataku dalam hati.
Keesokan harinya, sekolahku mengadakan audisi band. Aku, Shane dan ternyata Kian mengikuti audisi tersebut. Ternyata kami bertiga lolos, dan kami membentuk band IOU.
"Semoga dengan terbentuknya band kita ini bisa membuat kalian berdua akur."Ucap Shane pada kami berdua.
Kami pun disuruh untuk mencari manager yang dapet membantu pembentukan band, akhirnya kami dapet manager kami bernama Louis.
"Kalian harus menambah 2 anggota untuk semua ini."Katanya pada kami.
Akhirnya kami menuju Dublin, untuk memilih 2 anggota tambahan bagi band kami dan terpilih lah 2 anggota tersebut. Yang pertama, Brian Nichollas McFadden or Brian dia orang nya lebih tinggi dariku. Dan yang kedua bernama Nichollas Bernard James Adam Byrne or Nicky dia lebih tua dariku seperti Shane. Dia merupakan kekasih Georgina Ahern, putri calon perdana menteri Irlandia.
"Hei, Gue Nicky."Kata Nicky menyapaku, aku takut kalau ini hanya pura-pura.
"Ehm, aku Mark."Jawab ku padanya.
Setelah itu, kami mulai merilis lagu kami. Awalnya, nama band kami adalah Westside namun kami ubah kembali jadi Westlife. Meski aku sudah sering bersama Kian, tapi ternyata Kian belum berubah denganku. Aku hanya bisa bersabar saja. Padahal, Nicky, Bryan dan Shane selalu membantu kami untuk berdamai.
"Ayolah, berdamai dong. Kita itu sekarang akan sering bersama, masa iya. Di depan fans kalian sering bertengkar gitu."Pinta Nicky pada kami.
"Buat apa gue berdamai dengan anak bawang ini."Kata Kian sambil meninggalkan kami.
"Kian, kita belum selesai bicara."Kata Nicky.
"Kalian nggak perlu mengajak ku berdamai dengan Kian. Biar dia yang sadar sendiri."Kataku bersabar.
Semua hanya dapat menghela nafas, Aku meninggalkan mereka. Ketika aku hendak keluar, aku melihat ada Kian sedang mojok. Tadinya, aku hendak mendekatinya tapi aku selalu teringat apa yang dia lakukan padaku lantas aku memilih untuk pergi saja. Aku segera menuju tempat kerjaku.
"Ingin rasanya aku kabur dari sini, tapi bingung mau kemana."Ucapku dalam hati.
Sementara itu,
"Mau loe apa sih, Ki. Cuma buat baikan dengan Mark susah nya minta ampun."Kata Shane keras. "Memang salah Mark apa coba? Sampai-sampai loe membenci dia."
Aku datang lagi dan aku tidak langsung masuk kedalam melainkan mendengar semua pembicaraan mereka.
"Gue dari ketemu dia aja udah benci banget sama Mark, loe nggak pernah nyadar tentang Mark ya. Loe lihat deh, perawakan dia itu. Aneh tau gak."Kata Kian.
"Aneh gimana maksud loe."Kata Bryan tak mengerti.
"Ya, loe lihat aja deh. Apa ada, seorang anggota boyband yang punya perawakan seperti itu."Kata Kian yang berusaha merasuki sesuatu ke mereka agar mereka pada benci juga padaku.
"Gak tuh, gue nggak pernah berpikiran seperti itu. Loe aja yang terlalu sama Mark."Kata Shane.
"Halah, loe gak usah sok belain tuh anak deh. Dia itu cuma bawa kesialan buat kita aja."Ucap Kian. "Gue yakin kalau asli nya orang tuanya gak sanggup punya anak seperti Mark, udah aneh, kenapa dia nggak masuk golongan anak SLB aja."Ucap Kian yang menyelekit dihatiku. "Sekolah untuk anak aneh seperti Mark, hahaha."Kata Kian tertawa lebar.
"Heh, Kian. Jaga omongan loe itu ya. Jangan sampai Mark denger omongan loe itu."Tegas Shane.
"Alah, biarin aja. Biar dia nyadar, kalau dia itu emang seperti itu. Udah jelek, sok ganteng, iiuh menjijikan."Ucap Kian yang tetap menghina ku.
Hatiku semakin sakit, dikatakan seperti itu. Air mata ku sudah banyak yang tumpah, kali ini cukup deras.
"Mark Feehily itu hanyalah bagaikan sampah yang gak ada artinya."Ucap Kian tiba-tiba.
"KIAN."Teriak semua nya.
Ya Tuhan, cukup sudah kata-kata Kian yang menyakiti ku kali ini bener-bener sudah sangat menyakitkan untuk aku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar