Jumat, 29 Juni 2012

Story KCK


Cerita ini berawal dari ketika Kamila akan menolong Kaffa yang terdorong ke arah jalanan, Kaffa selamat tapi tidak untuk Kamila. Karena, setelah Kamila menyelamatkan Kaffa dia terjatuh dan tulang belakang nya mengalami cedera.
Kamila : "aw."
Saat itu hanya ada, Taufan dan Edo. Taufan yang berkelahi dengan Edo dan Edo yang tidak sengaja mendorong kereta dorong nya. Kamila melihatnya langsung menyelamatkan dan akhirnya Kamila terjatuh yang membuat tangannya menatap batu.. Sementara itu, Fadil yang baru saja datang dari klinik terkejut melihatnya.
Fadil : "Astagfirullah, Kamila."
Kamila : "Kak Fadil."
Dengan segera, Fadil membawa Kamila ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan istri nya itu. Dan, cuma Taufan yang merasa sangat bersalah sekali. Tapi, Fadil tidak mau menerima alasan dari Taufan.
Taufan : "Fadil, maafin gue."
Fadil : "gampang banget loe minta maaf, Fan. Denger, Fan. Kalau sampai terjadi sesuatu pada istri gue, loe orang pertama yang akan gue hajar."
Taufan : "tapi, Dil. Kenapa cuma gue yang loe salahkan, kenapa Edo nggak?"
Fadil : "Cukup, Fan. Gue nggak mau denger apa-apa yang loe katakan pada gue. Lebih baik, loe tutup mulut dan pergi dari hadapan gue sekarang. Dan gue nggak butuh loe lagi."
Taufan : "ok, gue pergi. Semoga loe tidak menyesal dengan apa yang loe katakan tadi, semoga Tuhan membuka mata loe untuk melihat siapa yang salah. Dan, setelah loe suruh gue pergi jangan harap gue jadi saudara loe lagi karena gue nggak sudi punya saudara seperti loe.(Meninggalkan Fadil)"
Perasaan Fadil semakin bercampur aduk, dan yang dia pikirkan sekarang adalah keselamatan Kamila.
Dokter : "(keluar)"
Fadil : "dok, bagaimana kondisi istri saya dok."
Dokter : "istri anda tidak apa-apa, hanya sedikit cedera di tulang bahu nya. Jadi untuk satu minggu ke depan, lengan nya tidak bisa di gerakan. Tapi ini tidak lumpuh."
Fadil : "Jadi, maksud dokter. Lengan istri saya butuh istirahat begitu."
Dokter : "betul, pak. Kalau begitu saya permisi."
Setelah itu Fadil masuk ke dalam kamar Kamila. Kamila sudah sadar.
Fadil : "sayang,(cium kening Mila) kamu udah sadar sayang."
Kamila : "kak Fadil, ini Mila ada dimana kak."
Fadil : "kamu di rumah sakit, tadi kamu terjatuh saat menolong Kaffa."
Kamila : "terus sekarang Kaffa gimana, kak."
Fadil : "Kaffa baik-baik aja di rumah."
Kamila : "seinget Mila, tadi ada Kak Taufan. Sekarang Kak Taufan, kemana kak."
Fadil : "kok kamu cari Taufan."
Kamila : "Mila, mau terima kasih kak. Karena, tadi Kak Taufan juga bantuin Mila selamatin Kaffa."
Fadil : "Apa, jadi."
Kamila : "iya, kak. Kalau bukan karena kak Taufan, pasti Mila akan lumpuh kan kak."
Fadil : "tadi Taufan udah pulang,Mila."
Kamila : "pulang, Kak."
Sementara itu, Taufan berada di Red Cafe.
Taufan : "(dalam hati)ahh, dasar Fadil. Jadi, orang nggak tahu terima kasih. Oh iya, dia kan anak emas nya papa dan mama. Rupanya, Fadil menginginkan pertengkaran ini. Ok, gue terima. Gue akan membenci loe, sebenci-benci nya gue pada dia. Dan, gue akan tutup mulut, tutup hati dan tutup mata untuk keluarganya. "
Tak lama kemudian, mama ambar menelpon Taufan.
Taufan : "assalamualaikum,ma."
Ambar : "waaliakumsalam,sayang. Kamu ada dimana sayang?"
Taufan : "Taufan ada di red cafe, ma. Ada apa Ma?"
Ambar : "ehm, kamu mau antarkan mama dan papa ke rumah sakit."
Taufan : "mau jenguk Kamila?"
Ambar : "iya sayang."
Taufan : "ehm, ya udah. Taufan segera pulang dan jemput mama dan papa."
Ambar : "makasih ya sayang, assalamualaikum."
Taufan : "waalaikumsalam,ma."
Dengan langkah malas, Taufan pulang dan menjemput mama dan papa. Setiba disana, Taufan segera menancap kan gas menuju rumah sakit. Setiba di ruang rawat Kamila.
Taufan : "ehm, mama dan papa masuk dulu aja. Taufan, mau angkat telpon dulu."
Tama : "ya udah, kita masuk dulu ya."
Di dalam,
TamAmbar : "assalamualaikum."
MiFa : "waalaikumsalam."
Fadil : "mama, papa. Kok kalian bisa disini."
Tama : "lho memang kenapa, nggak boleh."
Fadil : "boleh kok,pa. Mama sama papa sama siapa, bukannya mobil yang biasa kalian pakai di bengkel ya."
Ambar : "tadi mama dan papa diantar sama Taufan, sayang."
Fadil : "terus sekarang Taufan kemana ma."
Ambar : "dia lagi angkat telpon, Fadil."
Fadil : "oh."
Dari jendela luar, Taufan menatap tajam ke arah Fadil. Tapi, Fadil sendiri tidak menyadari, dia menyadari ketika.
Fadil : "Taufan."
Melihat itu Taufan segera berpura-pura sedang telpon.
Fadil : "ma, kok Taufan telpon nya lama banget ya. Udah 15 menitan."
Ambar : "eh iya ya, biasanya dia kalau telpon di bawah segitu. Mama coba cari keluar ya."
Tama : "iya, ma."
Kemudian, Ambar mencari putra sulungnya itu.
Taufan : "Ma, Taufan nggak bisa lama-lama disini. Taufan buru-buru mau ke kantor, karena ada meeting mendadak."
Ambar : "hah, tapi nanti mama dan papa pulang nya gimana?"
Taufan : "mama dan papa naik taksi aja ya, kalau begitu assalamualaikum."
Ambar : "tunggu sayang. Yah pergi."
Ambar kembali ke kamar rawat Kamila.
Kamila : "bagaimana ma?"
Ambar : "Taufan malah pamit ke kantor."
Tama : "hah, terus kita gimana."
Ambar : "kita disuruh naik taksi, pa."
Tama : "kenapa dengan Taufan, tadi dia alasan nya mau angkat telpon sekarang dia ke kantor lagi."
Ambar : "tunggu dulu, pa. Perasaan tadi, kita tidak mendengar ada suara telpon."
Tama : "iya, ma. Ada apa ya dengan Taufan."
Fadil : "(dalam hati) sepertinya, Taufan menghindar dari aku. Maafin gue, Fan."
Sebenarnya, Taufan tidak ke kantor melainkan mencari apartement untuk tempat persembunyian nya. Setelah dapat, Taufan di telpon keluarganya untuk pulang. Di rumah Kamila sudah keluar dari Rumah sakit. Setiba dirumah.
Taufan : "assalamualaikum."
Semua : "waalaikumsalam."
Melihat ada Fadil, Taufan memilih masuk kamar.
Taufan : "maaf, Taufan ke kamar mau istirahat."
Ambar : "kamu nggak ikut makan malam, sayang."
Taufan : "nggak, ma. Makasih, tadi Taufan di traktir sama temen kantor Taufan Ma."
Ambar : "oh begitu."
Padahal aslinya, perut Taufan kelaparan banget tapi dia malah menahan rasa lapar nya itu. Sementara itu, di kamar. Fadil menyuapi Kamila dengan penuh perhatian dan kasih sayang.
Kamila : "kak Fadil nggak makan."
Fadil : "tadi kakak udah makan sayang."
Kamila : "oh begitu, udahan ya kak. Mila udah kenyang."
Fadil : "ya udah, nih minum air nya dulu."
Kamila : "mila mau ke kamar mandi dulu ya kak."
Fadil : "oh ya udah. Mau aku antar."
Kamila : "nggak usah kak, Mila bisa sendiri kok."
Fadil : "ya udah deh, tapi jangan lama-lama ya. Ntar kakak kangen sama kamu."
Kamila : "ih kak Fadil berlebihan deh, gak ada sehari juga."
Fadil : "hehe, namanya juga cinta. Nggak bisa jauh meski satu menit."
Kamila : "gombal nya mulai deh, udah ah. Kak Fadil istirahat gih."
Setelah Kamila keluar, Fadil ikutan keluar tapi dia melihat Taufan sedang berdiri diluar rumah. Maka, Fadil langsung mendekati Taufan.
Fadil : "Fan."
Taufan : "Fadil, ngapain loe disini."
Fadil : "tadi gue liat loe dari kamar."
Taufan : "oh, sorry gue mau ke kamar."
Fadil : "tunggu, Fan."
Taufan : "ok, waktu loe 1 menit."
Fadil : "satu menit."
Taufan : "loe mau apa nggak."
Fadil : "ok, Fan. Fan, gue minta maaf tadi siang gue udah berkata kasar sama loe. Tapi, gue gak bermaksud untuk seperti itu."
Taufan : "cukup, waktu loe udah habis. Gue mau tidur. Met malem."
Taufan meninggalkan Fadil dan langsung mengunci pintu kamarnya. Sementara Fadil tidak menyerah untuk meminta maaf pada Taufan. Keesokan harinya, saat sarapan pagi. Ketika Taufan makan, Fadil datang dengan Kamila.
Taufan : "Ma, Taufan duluan ya."
Ambar : "gak kamu habiskan sayang. Mubazir lho."
Taufan : "ehm, Taufan udah kenyang ma. Kalau begitu, permisi. Assalamualaikum."
Semua : "waalaikumsalam."
Setelah Taufan pergi,
Ambar : "Pa, sebenarnya Taufan kenapa?"
Tama : "papa juga nggak tahu, Ma. Fadil, kalian sedang tidak bertengkar kan."
Fadil : "Nggak, kok Pa. Kita nggak bertengkar. Mungkin, dia lagi ada masalah sama kantornya."
Ambar : "mungkin aja ya, tapi kalau dilihat-lihat. Dia seperti sedang menghindar dari kamu, Dil."
Fadil : "hah, nggak lah ma. Nggak mungkin."
Di luar, Taufan mendengar pembicaraan keluarganya. Dia mendengar Fadil berbohong, sampai dia tidak sengaja menyenggol Bunga di samping nya. Praang.
Tama : "suara apa, ma."
Ambar : "dari luar mungkin."
Kamila : "kucing kali ya."
Fadil : "mungkin, tapi biar aku yang melihatnya."
Kemudian, Fadil keluar dan Taufan segera berpindah posisi habis mengangkat telpon.
Fadil : "Taufan, loe belum berangkat."
Taufan : "Kenapa, loe nggak suka. Kalau nggak suka, loe tutup mulut aja."
Fadil : "kok loe berkata seperti itu, Fan."
Taufan : "lebih baik loe intropeksi diri loe sendiri.(Meninggalkan Fadil)"
Fadil : "Fan, tunggu. Ahh, sial dia cepet banget perginya.(Dalam hati)apa gue susul aja ntar."
15 menit kemudian Fadil berangkat ke klinik setiba di klinik dia langsung memeriksa pasien. Hingga, Edo datang.
Edo : "assalamualaikum."
Fadil : "waalaikumsalam, Edo."
Edo : "Dil, gue denger tangan Kamila nggak bisa digerakin ya."
Fadil : "iya, tapi cuma satu minggu aja. Tangan nya cuma cedera sedikit."
Edo : "oh begitu."
Fadil : "tapi waktu itu loe dan Taufan ada disitu kan."
Edo : "iya, dil. Makanya, gue kesini mau minta maaf karena semua ini berawal dari gue. Dan gue juga denger kalau Taufan menghindar dari loe ya."
Fadil : "oh jadi semua ini salah loe, Do."
Edo : "iya, dil. Waktu itu, gue nggak sengaja menyenggol kereta dorong Kaffa terus Taufan langsung dorong gue dan menyelamatkan Kamila dan aslinya, Taufan sempet jatuh juga sih."
Fadil : "terus loe nggak bantu Taufan gitu."
Edo : "dia yang nggak mau, maafin gue dil."
Fadil : "ah, denger Do. Semua ini membuat Taufan menghindar dari gue."
Edo : "gue minta maaf, dan gue janji akan bantu loe ngomong semua ini ke Taufan."
Fadil : "yakin loe mau bantu gue."
Edo : "iya, dil. Gue yakin."
Fadil : "ok, maaf loe gue terima. Sekarang, loe telpon Taufan suruh ketemuan di red cafe."
Edo : "ok, dil."
Sementara itu, Taufan.
Taufan : "ahh, sial proyek gue gagal lagi."
Kriingg.
Taufan : "Halo."
Edo : "Taufan."
Taufan : "Edo, ngapain loe telpon gue."
Edo : "temui gue di red cafe sekarang. Thanks."
Taufan : "hallo."
Dengan males, Taufan menuju Red Cafe. Setiba disana, dia menunggu hingga 5 menit. Fadil datang bersama Edo.
Fadil dan Edo : "Assalamualaikum."
Taufan : "Waalaikumsalam. Kalian."
Fadil : "Fan."
Taufan : "ngapain kalian kesini."
Edo : "Ada hal yang mau kita jelaskan ke loe, Fan."
Taufan : "mau bicara apa, bukannya loe semua bilang gue harus tutup mulut. Jadi, buat apa gue dengerin kalian."
Fadil : "Fan, gue minta maaf sama loe."
Taufan : "ok, waktu kalian 5 menit."
Edo : "5 menit, tapi Fan."
Taufan : "kurang 4 menit lagi."
Fadil : "okok. Fan, maafin gue kalau waktu itu gue menilai jelek loe tapi gue nggak ada maksud untuk seperti itu. Demi Allah, waktu itu gue kebawa emosi aja dan gue nggak ada maksud untuk nyakitin perasaan loe."
Taufan : "1 menit lagi."
Edo : "gue juga Fan, karena gue loe jadi sasaran Fadil. Maafin gue, Fan."
Taufan : "ok, waktu kalian sudah habis. Sekarang, gue pergi. Silahkan kalian lanjutkan urusan kalian yang menurut kalian penting. (Meninggalkan Fadil dan Edo)"
Fadil : "Fan."
Edo : "gila, tuh anak gak dengerin kita ngomong."
Fadil : "sstt."
Di mobil,
Taufan : "astaga kenapa burem gini. Mungkin kecapekan kali ya."
Taufan memutuskan untuk pulang saja, setiba dirumah ada Kamila sedang lihat TV bersama Ambar.
Taufan : "assalamualaikum."
MilaAmbar : "waalaikumsalam."
Ambar : "sayang kamu udah pulang."
Taufan : "(tersenyum)udah kok Ma, aku ke kamar dulu ya ma."
Saat Taufan masuk kamar, Alena datang.
Alena : "assalamualaikum."
Kamila : "eh, Alena. Masuk dulu, Len."
Alena : "tante, Kamila. Taufan nya ada."
Ambar : "Taufan ada dikamar, baru aja dia pulang. Mau tante panggilkan."
Alena : "oh nggak usah, Tan. Biar saya saja yang temui. (Mengetuk pintu kamar Taufan) Fan, ini aku Alena."
Taufan : "masuk aja len, pintu nya gak aku kunci."
Setelah Alena masuk,
Taufan : "ada apa, Len?"
Alena : "kamu apa kabar, Fan."
Taufan : "aku baik-baik aja, kamu sendiri."
Alena : "aku juga, oh iya aku mau ajak kamu. Kamu siap-siap ya."
Taufan : "memang kamu mau ajak aku kemana, Len."
Alena : "udah kamu nggak usah banyak tanya, ntar kamu tahu juga. Ayo."
Taufan : "iya, kamu tunggu diluar ya."
Alena : "ya."
10 menit kemudian, Taufan udah siap dan saat itu sudah ada Fadil yang baru saja pulang. Di luar, juga ada Edo yang mau main sama Kaffa.
Taufan : "Ma, kita duluan ya ma."
Ambar : "kamu mau kemana, Fan."
Taufan : "mau jalan-jalan sama Alena, Ma."
Ambar : "kamu hati-hati ya."
Taufan : "iya, ma. Assalamualaikum."
Saat Taufan akan keluar, Fadil masuk ke dalam. Taufan menabrak Fadil sengaja dan Fadil hanya bersabar saja.
Alena : "ayo, Fan."
Taufan : "iya sayang. Lho mobil kamu kemana."
Alena : "mobil aku dibawa papi, tadi aku kesini naik taksi."
Taufan : "kamu itu dari dulu bandel banget, udah aku bilang kamu kalau mau pergi telpon aku dulu. Ntar aku jemput."
Alena : "yah, habis nya aku mau kasih kejutan buat kamu."
Taufan : "ya deh, lain kali bilang ya."
Alena : "siap, bos Taufan Reinaldy."
Taufan : "yuk, sebelum kemalaman."
Alena : "ayo."
Setelah Taufan-Alena pergi,
Fadil : "(dalam hati)Taufan, sampai kapan loe seperti ini sama gue."
Ternyata, Alena mengajak Taufan melihat pasar malam.
Taufan : "kamu ngapain ajak aku kesini."
Alena : "hiburan, Fan. Sekali-kali."
Taufan : "ya deh, eh main kesitu yuk. Boneka."
Alena : "tapi aku mau gulali."
Taufan : "gulali, ehm ya udah ayo."
Setelah membeli gulali.
Taufan : "ini, gulali nya."
Alena : "makasih ya sayang."
Taufan : "jalan lagi yuk."
Alena : "ayo."
Tempat pertama yang dikunjungi mereka adalah lempar bola gratis boneka.
Taufan : "nih boneka buat kamu."
Alena : "makasih sayang."
Taufan : "iya sama-sama."
Setelah cukup lama, Alena kelelahan dan Taufan mengantarkan Alena pulang. Sayangnya, Alena ketiduran di mobil.
Taufan : "yah tidur deh dia. Aku gendong aja deh."
Setiba di kamar Alena, Taufan menidurkan Alena di kasur. Dan dia langsung pulang tapi tidak ke rumah melainkan ke apartement sewaannya.
Taufan : "hah."
Baru tidur setengah jam, Ambar menelpon Taufan untuk segeta pulang ke rumah. Dengan terpaksa, Taufan pulang ke rumahnya. Setiba dirumah.
Ambar : "kamu darimana, kenapa jam segini baru pulang."
Taufan : "memang kenapa, ma. Mama gak suka. Ma, Taufan tuh udah dewasa udah mandiri jadi ngapain mama khawatirin Taufan."
Ambar : "mama lakukan ini karena sayang sama kamu."
Taufan : "oh begitu, Taufan pikir karena ada anak emas mama melupakan Taufan."
Ambar : "maksud kamu, siapa."
Taufan : "hah, siapa lagi kalau bukan Fadil dan Kamila.(Meninggalkan Ambar)"
Ambar : "Taufan tunggu, Fan. Taufan."
Dari hari ke hari, sikap Taufan semakin dingin pada keluarganya terutama pada Fadil dan Kamila. Tapi Suatu saat, Taufan makan siang bersama dan ada Fadil saat itu.
Ambar : "sayang, mama udah buatkan sup buat kamu."
Taufan : "oh, thanks."
Ambar : "sama-sama sayang."
Fadil : "Fan."
Taufan pura-pura tidak mendengar panggilan dari adik kembarnya itu.
Fadil : "Taufan."
Taufan : "loe panggil gue, gue kira loe panggil kucing."
Fadil : "ahh, sini loe gue mau ngomong sesuatu."
Taufan : "bicara apa, males gue dengerin nya."
Fadil : "sebentar aja, pliss."
Taufan : "ok, loe duluan aja. Ntar gue susul."
Fadil : "ya, Fan."
Meski Taufan dingin pada Fadil, tapi Taufan tetap memiliki hati yang lembut pada siapapun. Kemudian, Taufan segera menemui Fadil.
Taufan : "ada apa? Loe mau bicara apa."
Fadil : "Fan, sampai kapan loe akan dingin sama gue. Harus dengan cara apalagi, loe bisa maafin gue."
Taufan : "kata-kata loe udah terlanjur nyakitin gue, apalagi loe lebih memilih percaya pada Edo ketimbang gue. Apa loe pikir gue gak sakit apa, loe katakn seperti itu. Gue juga punya hati, Dil."
Fadil : "tapi apa loe harus menghindar dari gue, padahal gue udah minta maaf ke loe."
Taufan : "sorry, Dil. Itu tipe gue, sekali loe ngomong seperti itu. Maka, akan gue pegang itu selamanya."
Fadil : "tapi, gue bener-bener menyesal Fan. Tapi itu terserah loe juga, kalau loe mau benci ma gue. Gue nggak apa kok. Gue ikhlas, tapi gue nggak akan benci sama loe."
Taufan : "denger Dil, sikap loe itu sudah mengingatkan gue kejadian 5 tahun silam. Loe mau gue melakukan itu?"
Fadil : "maksud loe kabur dari rumah gitu."
Taufan : "iya. Itu yang gue maksud."
Fadil : "jangan, Fan. Jangan lakukan itu, aku mohon. Aku minta maaf, Fan."
Taufan : "(dalam hati)kenapa kepala gue pusing begini ya."
Fadil : "Taufan, maafin gue."
Taufan : "Dil, bisa tinggalin gue sebentar mungkin. Gue akan jawab ntar kalau ada waktu."
Fadil : "tapi, kapan."
Taufan : "tau, udah loe pergi aja."
Fadil : "tapi loe nggak akan kabur dari rumah kan."
Taufan : "iya."
Setelah Fadil pergi, perlahan-lahan Taufan menanggapi kata-kata Fadil. Tapi itu lah Taufan. Dan suatu Sore hari, Taufan jalan-jalan menikmati segernya udara sore hari. Dia jalan ke taman yang biasa ramai. Dan ada Fadil yang sedang membetulkan mesin mobil yang mogok.
Taufan : "lho itu kan Fadil, ngapain dia disini."
Taufan mendekati Fadil, dan ketika Fadil akan mencari bantuan tiba-tiba ada truk yang mengarah ke Fadil.
Taufan : "hah, astagfirullah. Truk itu seperti mengarah ke Fadil. Aku harus menyelamatkan."
Tin,
Fadil : "aa."
Taufan langsung menyelamatkan Fadil saat itu juga dan beruntung keduanya selamat.
Fadil : "Taufan."
Taufan : "Fadil, kamu nggak apa-apa kan."
Fadil : "aku nggak apa-apa, Fan. Makasih Fan, loe udah selamatin nyawa gue."
Taufan menatap mata Fadil, dia menatap dalam dan saat itu juga kata-kata Fadil yang mengusir nya itu kembali masuk.
Taufan : "sorry, gue buru-buru. Loe hati-hati ya. Bye."
Fadil : "tunggu, Fan. (Pegang tangan Taufan)"
Taufan : "apa lagi sih Dil."
Fadil : "loe masih menghindar lagi, Fan. Sampai kapan, gue kangen sama loe yang dulu Fan."
Taufan : "cuma khayalan loe aja yang bisa membuat loe inget gue."
Fadil : "Nggak, Fan. Ini gak khayalan gue, gue bener-bener merasa kehilangan loe banget. Separuh jiwaku pergi."
Taufan : "loe pikir lagu Anang."
Fadil : "hah. Gue nggak nyanyi, Fan. Gue serius."
Taufan : "tadi loe bilang separuh jiwa loe pergi, itu kan lagu Anang."
Fadil : "hah, loe pikir tadi omongan gue lagu apa."
Taufan : "iya, sejak kapan loe bisa ngomong serius gitu, nggak bakalan bisa."
Fadil : "maksud loe apa Fan."
Taufan : "bukannya loe pernah bilang kalau loe nek ngliat gue dan loe gak mau anggep gue saudara loe kan."
Fadil : "hah, emang gue bicara kayak gitu. Loe jangan ngarang cerita ya."
Taufan : "gue nggak ngarang, neh kalau loe gak percaya gue masih simpen rekaman kata-kata loe. Neh, kalau loe mau denger."
Fadil : "(suara rekaman)heh, Fan. Ngapain loe ada disini, mendingan loe pergi aja karena gue nek ngliat muka loe. Dan satu lagi loe bukan saudara gue lagi,ngerti loe."
Taufan : "gimana, mau dengerin lagi."
Fadil : "hah, masa gue bilang kayak gitu."
Taufan : "masih nggak percaya, nih kalau mau loe denger lagi."
Fadil : "tapi, Fan."
Taufan : "kenapa loe."
Fadil : "maafin gue, Fan. Gue nggak ada maksud untuk seperti itu. Gue menyesal, Fan."
Taufan : "kenapa loe baru menyesal sekarang. Kenapa nggak dari awal, loe tau gue udah terlanjur kecewa dengan sikap loe itu. Dan loe tau, apa yang membuat gue kecewa. Loe lebih memilih percaya dengan Edo ketimbang gue yang saudara loe sendiri."
Fadil : "tapi, Fan. Waktu itu perasaan gue itu campur aduk. Dan gue panik dengan kondisi Kamila."
Taufan : "oh, saking loe paniknya loe berkata seperti itu. Dimana perasaan loe, dil. Apa loe pikir gue nggak sakit, gue sakit dil. Sekarang gue tanya sama loe, apa yang gue rasakan sekarang ke loe."
Fadil : "gue nggak tahu, Fan."
Taufan : "loe mau tahu, perasaan gue ke loe."
Fadil : "iya, Fan."
Taufan : "perasaan gue ke loe adalah gue BENCI sama loe. Gue benci sama loe."
Fadil : "Taufan, jangan benci gue. Gue mohon."
Taufan : "sorry, dil. Sekali gue bilang benci maka itu akan gue pegang terus sampai gue bisa melihat loe dan kata-kata loe itu, ngerti loe."
Fadil : "tapi, Fan.(Sedih)"
Taufan : "buang air mata buaya loe, gue nggak butuh tangisan dari loe. Ngerti loe."
Fadil : "Fan."
Taufan : "gue mau pulang, hati-hati loe di jalan. Askum."
Fadil : "waalaikumsalam."
Setelah Taufan pergi, Fadil semakin menyesal dengan kata-kata yang dia ucapkan apalagi kata-kata itu di rekam. Setiba dirumah, ambar dan tama akan pergi ke Jogja karena dapat pekerjaan disana. Sementara Kamila, akan pergi ke rumah sakit untuk nemenin Eyang Tini yang sakit. Jadi di rumah hanya ada Fadil, Taufan dan Kaffa.
Fadil : "jadi kita dirumah sendirian gitu."
Taufan : "iya, kenapa loe nggak suka. Kalau gak suka, bilang sekarang."
Fadil : "gue cuma tanya aja, Fan. Kenapa loe jadi sensi gitu coba."
Taufan : "halah, nggak usah pura-pura. Dasar munafik.(Meninggalkan Fadil)"
Fadil hanya dapat bersabar dengan kata-kata Taufan itu, dan malam harinya Taufan punya niat jahat yaitu akan meneror Fadil. Praang. Kaca kamar Fadil dilempari batu dengan kertas.
Fadil : "suara apa itu."
Dia segera menuju ke sumber suara, dan membaca isi kertas.
Fadil : "ku bunuh kau, Fadil Reinaldy. Hah, astagfirullah siapa yang mengirim ini."
Segera, Fadil mengejar orang itu tapi sayang orang itu sudah sembunyi. Taufan menuju apartement nya, dan Fadil kehilangan jejak. Kemudian, Taufan mengambil mobilnya. Setiba dirumah.
Taufan : "Fadil."
Fadil : "Fan, tadi rumah kita di teror orang."
Taufan : "aduh, nggak usah parno gitu napa. Siapa tahu itu orang iseng aja. Udahlah gue capek."
Fadil : "(dalam hati)benar juga kata Taufan. Itu tadi pasti orang iseng saja."
Di kamar, Taufan menahan tawa melihat mimik Fadil yang ketakutan itu. Hari berganti hari, teror dari Taufan terus berjalan. Tapi, tetap saja aman. Pada hari Minggu, mama dan papa pulang dari Jogja. Dan teror itu tetap berjalan.
Taufan : "(dalam hati)rasakan akibatnya, Fadil Reinaldy. Haha."
Fadil pun semakin gelisah dengan teror tersebut, dia belum sadar kalau teror itu dari kakak nya sendiri.
Fadil : "ma, kenapa rumah kita semakin tidak aman. Kenapa Fadil sering di teror."
Ambar : "diteror, kamu tau dari mana."
Fadil : "(menceritakan semua)"
Ambar : "Pa, gimana ini. Mama juga tidak tenang nih."
Tama : "coba papa panggil Taufan ya, Fan. Taufan."
Dengan muka tanpa dosa, Taufan menyahut panggilan papa nya.
Taufan : "Ada apa, Pa."
Tama : "apa benar selama kami pergi, banyak kejadian teror dirumah kita."
Taufan : "Kejadian teror, nggak tuh. Nggak ada, paling si Fadil cuma kangen sama Kamila makanya dia ngasal aja."
Fadil : "Gue nggak ngasal, Fan. Atau jangan-jangan, ini semua ulah loe."
Taufan : "Woi, loe jangan asal tuduh. Kalau memang loe nggak suka sama gue, ya udah. Tapi jangan asal tuduh gitu dong."
Ambar : "Fadil cukup, Taufan cukup. Kenapa kalian jadi berantem gini."
Taufan : "Hah, dasar anak emas loe.(Meninggalkan keluarganya)"
Fadil semakin curiga kalau memang Taufan lah biang dari semua ini. Maka, malam itu dia sengaja untuk tidak tidur dia akan menjebak pelaku teror. Ketika, Taufan akan meneror Fadil, Fadil berada di tepat belakang Taufan. Dan Fadil langsung memborgol tangan Taufan.
Taufan : "woi, lepasin gue."
Fadil : "sekarang gue tahu siapa yang telah meneror gue. Gue tahu ini pasti loe, Fan."
Taufan : "dasar sialan loe. Lepasin gue,dil."
Fadil : "Nggak akan, gue nggak akan lepasin loe. Masuk loe."
Di dalam, Taufan dihakimi keluarganya.
Ambar : "keterlaluan kamu, Taufan. Tega-teganya kamu seperti itu sama saudara kamu."
Taufan : "memang kenapa, Ma. Nggak suka."
Ambar : "kenapa kamu jadi anak yang menentang seperti ini."
Taufan bukannya menjawab malah pergi begitu saja, sementara keluarganya cuma geleng-geleng saja.
Fadil : "(dalam hati)astagfirullah, Fan. Kenapa loe jadi seperti ini."
Tak lama kemudian, Taufan keluar.
Fadil : "Loe mau kemana, Fan."
Taufan : "heh, anak manja. Nggak usah ikut campur loe."
Tama : "Fan, istigfar nak. Kamu itu kenapa. Kalau kamu lagi bertengkar sama Fadil, tolong selesaikan dengan baik."
Taufan : "Maaf, Pa. Tapi Taufan udah terlanjur kecewa dan benci dengan Fadil."
Ambar : "benci."
Taufan : "iya,Ma."
Ambar : "astagfirullah, kalian itu saudara Fan. Kenapa jadi saling benci gini."
Taufan : "karena ini yang minta Fadil sendiri. Ahh, daripada buang waktu gue cabut."
Ambar : "Taufan, jangan tinggalkan mama."
Taufan : "bukannya udah ada Fadil, yang menurut kalian anak emas keluarga ini."
Fadil : "Fan, kenapa loe seperti itu coba. Jangan fitnah gitu."
Taufan : "gue fitnah loe, nggak kebalik ya."
Ambar : "udah cukup. Jangan ada keributan terus, mama capek dengernya. Taufan, istigfar nak. Mama sedih melihat perubahan 180' kamu. Tolong, Fan. Berubah nak, mama kangen sama Taufan yang dulu."
Taufan : "beuh, udah deh kalau mama mau seperti dulu. Noh, mama bisa minta sama Fadil. Dia kan anak kesayangan kalian."
Ambar : "nggak sayang, mama serius."
Taufan : "hah, sudahlah ma. Taufan mau istirahat, dan jangan ada yang ganggu."
Saat akan melewati Fadil,
Taufan : "heh, gue belum kalah dan tunggu saja akibatnya Fadil Reinaldy.(Menatap tajam)sebentar lagi, loe akan merasakan atas apa yang kini gue rasakan ngerti loe.(Mendorong Fadil)"
Fadil : "aww."
Tama : "fadil, kamu nggak apa kan nak."
Fadil : "nggak apa kok, Pa."
Hari berganti hari, Taufan semakin jahat pada Fadil. Suatu pagi, ketika akan pergi kerja.
Tama : "Taufan."
Taufan : "kenapa."
Tama : "sarapan dulu, nak."
Taufan : "apaan tuh?"
Fadil : "Fan, sini lho."
Taufan : "cerewet jadi orang."
Kamila : "kak Taufan, nggak boleh gitu. Kan udah disiapin sama mama."
Taufan : "sorry, gue gak berselera.(Meninggalkan semua)"
Kamila : "coba biar Mila bujuk.(Mengejar Taufan)"
Sayangnya, Kamila ketinggalan karena mobil Taufan sudah jalan.
Kamila : "(dalam hati)apa aku susul ke kantor kak Taufan."
Siang harinya, Kamila pergi ke kantor Taufan.
Taufan : "masuk."
Kamila : "assalamualaikum."
Taufan : "waalaikumsalam."
Kamila : "kak Taufan."
Taufan : "Kamila, ngapain kamu kesini."
Kamila : "ada hal yang mau kamila bicarain sama kak Taufan."
Taufan : "ok, waktu kamu 10 menit."
Kamila : "baiklah. Kak, sampai kapan Kak Taufan akan seperti ini sama keluarga kakak. Kasihan mereka kak, memang Kamila gak tahu apa-apa tapi haruskah semarah itu kak Taufan ke mereka."
Taufan : "kamu mau tau kenapa aku seperti ini."
Kamila : "iya."
Taufan : "itu semua karena Fadil yang suruh."
Kamila : "maksud kak Taufan."
Taufan : "maksud aku, kamu masih ingatkan kejadian 2 minggu yang lalu."
Kamila : "yang Kamila jatuh itu."
Taufan : "iya, karena kamu jatuh aku yang kenapa aku harus kena impas dari Fadil, padahal ketika itu aku juga menolong kamu."
Kamila : "mungkin saat itu kak Fadil panik ngeliat kondisi, Mila kak."
Taufan : "kalau paniknya Fadil aku bisa wajar, tapi kata-kata Fadil yang membuat aku seperti ini."
Kamila : "memang kak Fadil bilang apa."
Taufan : "Fadil bilang, kalau aku bukanlah yang terbaik, aku gak berguna, pembawa sial. Kenapa Fadil lebih percaya sama Edo, ketimbang aku yang udah menolong kamu."
Kamila : "apa, kak Fadil bilang kayak gitu."
Taufan : "iya, dan itu lah yang membuat aku seperti ini sama Fadil."
Kamila : "tapi, mungkin saja kak Fadil nggak ada maksud."
Taufan : "(memotong pembicaraan)nggak ada maksud, maksud kamu gimana Kamila. Jelas-jelas dia bicara seperti itu sengaja. Kalau kamu nggak percaya kamu bisa dengar rekamannya."
Kamila : "mana kak."
Taufan : "ini."
Setelah mendengar,
Taufan : "bagaimana, mau aku ulang lagi."
Kamila : "biar kamila yang bilang semua ini ke kak Fadil."
Taufan : "ok kalau gitu. Tapi jangan harap, aku kan terbuka untuk Fadil lagi."
Kamila : "Kak Taufan."
Taufan : "udah lah, Mila. Aku pulang, aku ada acara sama Alena."
Ketika akan beranjak, tiba-tiba.
Taufan : "aw."
Kamila : "Kak Taufan, kenapa kak."
Taufan : "nggak apa, Mila. Aku nggak apa kok."
Kamila : "beneran, nggak apa kak."
Taufan : "iya, Mila."
Kamila : "tapi muka kak Taufan pucet banget, apa Mila telpon kak Fadil."
Taufan : "ga usah, Kamila. Kalau aku bilang gak ya nggak. Plis deh, gak usah maksa."
Kamila : "ya udah kalau gitu."
Taufan : "assalamualaikum."
Kamila : "waalaikumsalam."
Setelah Taufan pergi,
Kamila : "duh sekarang aku berada 2 pihak. Mana yang aku pilih. Kasihan kak Taufan."
Sementara itu, Taufan.
Taufan : "kenapa belakangan ini pinggang gue rasanya sakit seperti ini. Apa aku check aja ya."
Di rumah sakit,
Dokter : "maaf, pak. Apa anda pernah mengalami keluhan."
Taufan : "begini, dok. Saya mulai merasa sakit sekitar 2 minggu yang lalu."
Dokter : "lalu apa selama itu, anda pernah mengalami sesuatu mungkin terbentur."
Taufan : "entahlah, tapi ketika itu saya menolong adik ipar saya dari kecelakaan dan kata teman saya. Saya sempat membentur trotoar, dok. Memang ada masalah?"
Dokter : "iya, ada masalah."
Taufan : "Apa, Dok?"
Dokter : "karena ginjal anda tinggal 1, maka karena itu Ginjal anda rusak dan hanya berfungsi 20% saja."
Taufan : "Apa, 20%. Lalu apa yang harus saya lakukan, Dok."
Dokter : "anda harus melakukan cuci darah seminggu sekali."
Taufan : "setelah cuci darah, apa saya perlu donor ginjal."
Dokter : "entahlah, kalau anda terlalu capek mungkin cuci darah anda akan sia-sia alias gagal."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar