Cerita ini berawal
dari ketika Kamila akan menolong Kaffa yang terdorong ke arah jalanan, Kaffa
selamat tapi tidak untuk Kamila. Karena, setelah Kamila menyelamatkan Kaffa dia
terjatuh dan tulang belakang nya mengalami cedera.
Kamila :
"aw."
Saat itu hanya ada,
Taufan dan Edo. Taufan yang berkelahi dengan Edo dan Edo yang tidak sengaja
mendorong kereta dorong nya. Kamila melihatnya langsung menyelamatkan dan
akhirnya Kamila terjatuh yang membuat tangannya menatap batu.. Sementara itu,
Fadil yang baru saja datang dari klinik terkejut melihatnya.
Fadil :
"Astagfirullah, Kamila."
Kamila : "Kak
Fadil."
Dengan segera, Fadil
membawa Kamila ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan istri nya itu. Dan, cuma
Taufan yang merasa sangat bersalah sekali. Tapi, Fadil tidak mau menerima
alasan dari Taufan.
Taufan : "Fadil,
maafin gue."
Fadil : "gampang
banget loe minta maaf, Fan. Denger, Fan. Kalau sampai terjadi sesuatu pada
istri gue, loe orang pertama yang akan gue hajar."
Taufan : "tapi,
Dil. Kenapa cuma gue yang loe salahkan, kenapa Edo nggak?"
Fadil : "Cukup,
Fan. Gue nggak mau denger apa-apa yang loe katakan pada gue. Lebih baik, loe
tutup mulut dan pergi dari hadapan gue sekarang. Dan gue nggak butuh loe
lagi."
Taufan : "ok, gue
pergi. Semoga loe tidak menyesal dengan apa yang loe katakan tadi, semoga Tuhan
membuka mata loe untuk melihat siapa yang salah. Dan, setelah loe suruh gue
pergi jangan harap gue jadi saudara loe lagi karena gue nggak sudi punya
saudara seperti loe.(Meninggalkan Fadil)"
Perasaan Fadil semakin
bercampur aduk, dan yang dia pikirkan sekarang adalah keselamatan Kamila.
Dokter :
"(keluar)"
Fadil : "dok,
bagaimana kondisi istri saya dok."
Dokter : "istri
anda tidak apa-apa, hanya sedikit cedera di tulang bahu nya. Jadi untuk satu
minggu ke depan, lengan nya tidak bisa di gerakan. Tapi ini tidak lumpuh."
Fadil : "Jadi,
maksud dokter. Lengan istri saya butuh istirahat begitu."
Dokter : "betul,
pak. Kalau begitu saya permisi."
Setelah itu Fadil
masuk ke dalam kamar Kamila. Kamila sudah sadar.
Fadil :
"sayang,(cium kening Mila) kamu udah sadar sayang."
Kamila : "kak
Fadil, ini Mila ada dimana kak."
Fadil : "kamu di
rumah sakit, tadi kamu terjatuh saat menolong Kaffa."
Kamila : "terus
sekarang Kaffa gimana, kak."
Fadil : "Kaffa
baik-baik aja di rumah."
Kamila : "seinget
Mila, tadi ada Kak Taufan. Sekarang Kak Taufan, kemana kak."
Fadil : "kok kamu
cari Taufan."
Kamila : "Mila,
mau terima kasih kak. Karena, tadi Kak Taufan juga bantuin Mila selamatin
Kaffa."
Fadil : "Apa,
jadi."
Kamila : "iya,
kak. Kalau bukan karena kak Taufan, pasti Mila akan lumpuh kan kak."
Fadil : "tadi
Taufan udah pulang,Mila."
Kamila : "pulang,
Kak."
Sementara itu, Taufan
berada di Red Cafe.
Taufan : "(dalam
hati)ahh, dasar Fadil. Jadi, orang nggak tahu terima kasih. Oh iya, dia kan
anak emas nya papa dan mama. Rupanya, Fadil menginginkan pertengkaran ini. Ok,
gue terima. Gue akan membenci loe, sebenci-benci nya gue pada dia. Dan, gue
akan tutup mulut, tutup hati dan tutup mata untuk keluarganya. "
Tak lama kemudian,
mama ambar menelpon Taufan.
Taufan :
"assalamualaikum,ma."
Ambar :
"waaliakumsalam,sayang. Kamu ada dimana sayang?"
Taufan : "Taufan
ada di red cafe, ma. Ada apa Ma?"
Ambar : "ehm,
kamu mau antarkan mama dan papa ke rumah sakit."
Taufan : "mau
jenguk Kamila?"
Ambar : "iya
sayang."
Taufan : "ehm, ya
udah. Taufan segera pulang dan jemput mama dan papa."
Ambar : "makasih
ya sayang, assalamualaikum."
Taufan :
"waalaikumsalam,ma."
Dengan langkah malas,
Taufan pulang dan menjemput mama dan papa. Setiba disana, Taufan segera
menancap kan gas menuju rumah sakit. Setiba di ruang rawat Kamila.
Taufan : "ehm,
mama dan papa masuk dulu aja. Taufan, mau angkat telpon dulu."
Tama : "ya udah,
kita masuk dulu ya."
Di dalam,
TamAmbar : "assalamualaikum."
MiFa :
"waalaikumsalam."
Fadil : "mama,
papa. Kok kalian bisa disini."
Tama : "lho
memang kenapa, nggak boleh."
Fadil : "boleh
kok,pa. Mama sama papa sama siapa, bukannya mobil yang biasa kalian pakai di
bengkel ya."
Ambar : "tadi
mama dan papa diantar sama Taufan, sayang."
Fadil : "terus
sekarang Taufan kemana ma."
Ambar : "dia lagi
angkat telpon, Fadil."
Fadil :
"oh."
Dari jendela luar,
Taufan menatap tajam ke arah Fadil. Tapi, Fadil sendiri tidak menyadari, dia
menyadari ketika.
Fadil :
"Taufan."
Melihat itu Taufan
segera berpura-pura sedang telpon.
Fadil : "ma, kok
Taufan telpon nya lama banget ya. Udah 15 menitan."
Ambar : "eh iya
ya, biasanya dia kalau telpon di bawah segitu. Mama coba cari keluar ya."
Tama : "iya,
ma."
Kemudian, Ambar
mencari putra sulungnya itu.
Taufan : "Ma,
Taufan nggak bisa lama-lama disini. Taufan buru-buru mau ke kantor, karena ada
meeting mendadak."
Ambar : "hah,
tapi nanti mama dan papa pulang nya gimana?"
Taufan : "mama
dan papa naik taksi aja ya, kalau begitu assalamualaikum."
Ambar : "tunggu
sayang. Yah pergi."
Ambar kembali ke kamar
rawat Kamila.
Kamila :
"bagaimana ma?"
Ambar : "Taufan
malah pamit ke kantor."
Tama : "hah,
terus kita gimana."
Ambar : "kita
disuruh naik taksi, pa."
Tama : "kenapa
dengan Taufan, tadi dia alasan nya mau angkat telpon sekarang dia ke kantor
lagi."
Ambar : "tunggu
dulu, pa. Perasaan tadi, kita tidak mendengar ada suara telpon."
Tama : "iya, ma.
Ada apa ya dengan Taufan."
Fadil : "(dalam
hati) sepertinya, Taufan menghindar dari aku. Maafin gue, Fan."
Sebenarnya, Taufan
tidak ke kantor melainkan mencari apartement untuk tempat persembunyian nya.
Setelah dapat, Taufan di telpon keluarganya untuk pulang. Di rumah Kamila sudah
keluar dari Rumah sakit. Setiba dirumah.
Taufan :
"assalamualaikum."
Semua :
"waalaikumsalam."
Melihat ada Fadil,
Taufan memilih masuk kamar.
Taufan : "maaf,
Taufan ke kamar mau istirahat."
Ambar : "kamu
nggak ikut makan malam, sayang."
Taufan : "nggak,
ma. Makasih, tadi Taufan di traktir sama temen kantor Taufan Ma."
Ambar : "oh
begitu."
Padahal aslinya, perut
Taufan kelaparan banget tapi dia malah menahan rasa lapar nya itu. Sementara
itu, di kamar. Fadil menyuapi Kamila dengan penuh perhatian dan kasih sayang.
Kamila : "kak
Fadil nggak makan."
Fadil : "tadi
kakak udah makan sayang."
Kamila : "oh
begitu, udahan ya kak. Mila udah kenyang."
Fadil : "ya udah,
nih minum air nya dulu."
Kamila : "mila
mau ke kamar mandi dulu ya kak."
Fadil : "oh ya
udah. Mau aku antar."
Kamila : "nggak
usah kak, Mila bisa sendiri kok."
Fadil : "ya udah
deh, tapi jangan lama-lama ya. Ntar kakak kangen sama kamu."
Kamila : "ih kak
Fadil berlebihan deh, gak ada sehari juga."
Fadil : "hehe,
namanya juga cinta. Nggak bisa jauh meski satu menit."
Kamila : "gombal
nya mulai deh, udah ah. Kak Fadil istirahat gih."
Setelah Kamila keluar,
Fadil ikutan keluar tapi dia melihat Taufan sedang berdiri diluar rumah. Maka,
Fadil langsung mendekati Taufan.
Fadil :
"Fan."
Taufan : "Fadil,
ngapain loe disini."
Fadil : "tadi gue
liat loe dari kamar."
Taufan : "oh,
sorry gue mau ke kamar."
Fadil : "tunggu,
Fan."
Taufan : "ok,
waktu loe 1 menit."
Fadil : "satu
menit."
Taufan : "loe mau
apa nggak."
Fadil : "ok, Fan.
Fan, gue minta maaf tadi siang gue udah berkata kasar sama loe. Tapi, gue gak
bermaksud untuk seperti itu."
Taufan : "cukup,
waktu loe udah habis. Gue mau tidur. Met malem."
Taufan meninggalkan
Fadil dan langsung mengunci pintu kamarnya. Sementara Fadil tidak menyerah
untuk meminta maaf pada Taufan. Keesokan harinya, saat sarapan pagi. Ketika
Taufan makan, Fadil datang dengan Kamila.
Taufan : "Ma,
Taufan duluan ya."
Ambar : "gak kamu
habiskan sayang. Mubazir lho."
Taufan : "ehm,
Taufan udah kenyang ma. Kalau begitu, permisi. Assalamualaikum."
Semua :
"waalaikumsalam."
Setelah Taufan pergi,
Ambar : "Pa,
sebenarnya Taufan kenapa?"
Tama : "papa juga
nggak tahu, Ma. Fadil, kalian sedang tidak bertengkar kan."
Fadil : "Nggak,
kok Pa. Kita nggak bertengkar. Mungkin, dia lagi ada masalah sama
kantornya."
Ambar : "mungkin
aja ya, tapi kalau dilihat-lihat. Dia seperti sedang menghindar dari kamu,
Dil."
Fadil : "hah,
nggak lah ma. Nggak mungkin."
Di luar, Taufan
mendengar pembicaraan keluarganya. Dia mendengar Fadil berbohong, sampai dia
tidak sengaja menyenggol Bunga di samping nya. Praang.
Tama : "suara
apa, ma."
Ambar : "dari
luar mungkin."
Kamila : "kucing
kali ya."
Fadil : "mungkin,
tapi biar aku yang melihatnya."
Kemudian, Fadil keluar
dan Taufan segera berpindah posisi habis mengangkat telpon.
Fadil : "Taufan,
loe belum berangkat."
Taufan : "Kenapa,
loe nggak suka. Kalau nggak suka, loe tutup mulut aja."
Fadil : "kok loe
berkata seperti itu, Fan."
Taufan : "lebih
baik loe intropeksi diri loe sendiri.(Meninggalkan Fadil)"
Fadil : "Fan,
tunggu. Ahh, sial dia cepet banget perginya.(Dalam hati)apa gue susul aja
ntar."
15 menit kemudian
Fadil berangkat ke klinik setiba di klinik dia langsung memeriksa pasien.
Hingga, Edo datang.
Edo :
"assalamualaikum."
Fadil :
"waalaikumsalam, Edo."
Edo : "Dil, gue
denger tangan Kamila nggak bisa digerakin ya."
Fadil : "iya,
tapi cuma satu minggu aja. Tangan nya cuma cedera sedikit."
Edo : "oh
begitu."
Fadil : "tapi
waktu itu loe dan Taufan ada disitu kan."
Edo : "iya, dil.
Makanya, gue kesini mau minta maaf karena semua ini berawal dari gue. Dan gue
juga denger kalau Taufan menghindar dari loe ya."
Fadil : "oh jadi
semua ini salah loe, Do."
Edo : "iya, dil.
Waktu itu, gue nggak sengaja menyenggol kereta dorong Kaffa terus Taufan
langsung dorong gue dan menyelamatkan Kamila dan aslinya, Taufan sempet jatuh
juga sih."
Fadil : "terus
loe nggak bantu Taufan gitu."
Edo : "dia yang
nggak mau, maafin gue dil."
Fadil : "ah,
denger Do. Semua ini membuat Taufan menghindar dari gue."
Edo : "gue minta
maaf, dan gue janji akan bantu loe ngomong semua ini ke Taufan."
Fadil : "yakin
loe mau bantu gue."
Edo : "iya, dil.
Gue yakin."
Fadil : "ok, maaf
loe gue terima. Sekarang, loe telpon Taufan suruh ketemuan di red cafe."
Edo : "ok,
dil."
Sementara itu, Taufan.
Taufan : "ahh,
sial proyek gue gagal lagi."
Kriingg.
Taufan :
"Halo."
Edo :
"Taufan."
Taufan : "Edo,
ngapain loe telpon gue."
Edo : "temui gue
di red cafe sekarang. Thanks."
Taufan :
"hallo."
Dengan males, Taufan
menuju Red Cafe. Setiba disana, dia menunggu hingga 5 menit. Fadil datang
bersama Edo.
Fadil dan Edo :
"Assalamualaikum."
Taufan :
"Waalaikumsalam. Kalian."
Fadil :
"Fan."
Taufan : "ngapain
kalian kesini."
Edo : "Ada hal
yang mau kita jelaskan ke loe, Fan."
Taufan : "mau
bicara apa, bukannya loe semua bilang gue harus tutup mulut. Jadi, buat apa gue
dengerin kalian."
Fadil : "Fan, gue
minta maaf sama loe."
Taufan : "ok,
waktu kalian 5 menit."
Edo : "5 menit,
tapi Fan."
Taufan : "kurang
4 menit lagi."
Fadil : "okok.
Fan, maafin gue kalau waktu itu gue menilai jelek loe tapi gue nggak ada maksud
untuk seperti itu. Demi Allah, waktu itu gue kebawa emosi aja dan gue nggak ada
maksud untuk nyakitin perasaan loe."
Taufan : "1 menit
lagi."
Edo : "gue juga
Fan, karena gue loe jadi sasaran Fadil. Maafin gue, Fan."
Taufan : "ok,
waktu kalian sudah habis. Sekarang, gue pergi. Silahkan kalian lanjutkan urusan
kalian yang menurut kalian penting. (Meninggalkan Fadil dan Edo)"
Fadil : "Fan."
Edo : "gila, tuh
anak gak dengerin kita ngomong."
Fadil :
"sstt."
Di mobil,
Taufan : "astaga
kenapa burem gini. Mungkin kecapekan kali ya."
Taufan memutuskan
untuk pulang saja, setiba dirumah ada Kamila sedang lihat TV bersama Ambar.
Taufan :
"assalamualaikum."
MilaAmbar :
"waalaikumsalam."
Ambar : "sayang
kamu udah pulang."
Taufan :
"(tersenyum)udah kok Ma, aku ke kamar dulu ya ma."
Saat Taufan masuk
kamar, Alena datang.
Alena :
"assalamualaikum."
Kamila : "eh,
Alena. Masuk dulu, Len."
Alena : "tante,
Kamila. Taufan nya ada."
Ambar : "Taufan
ada dikamar, baru aja dia pulang. Mau tante panggilkan."
Alena : "oh nggak
usah, Tan. Biar saya saja yang temui. (Mengetuk pintu kamar Taufan) Fan, ini
aku Alena."
Taufan : "masuk
aja len, pintu nya gak aku kunci."
Setelah Alena masuk,
Taufan : "ada
apa, Len?"
Alena : "kamu apa
kabar, Fan."
Taufan : "aku
baik-baik aja, kamu sendiri."
Alena : "aku
juga, oh iya aku mau ajak kamu. Kamu siap-siap ya."
Taufan : "memang
kamu mau ajak aku kemana, Len."
Alena : "udah
kamu nggak usah banyak tanya, ntar kamu tahu juga. Ayo."
Taufan : "iya,
kamu tunggu diluar ya."
Alena :
"ya."
10 menit kemudian,
Taufan udah siap dan saat itu sudah ada Fadil yang baru saja pulang. Di luar,
juga ada Edo yang mau main sama Kaffa.
Taufan : "Ma,
kita duluan ya ma."
Ambar : "kamu mau
kemana, Fan."
Taufan : "mau
jalan-jalan sama Alena, Ma."
Ambar : "kamu
hati-hati ya."
Taufan : "iya,
ma. Assalamualaikum."
Saat Taufan akan
keluar, Fadil masuk ke dalam. Taufan menabrak Fadil sengaja dan Fadil hanya
bersabar saja.
Alena : "ayo,
Fan."
Taufan : "iya
sayang. Lho mobil kamu kemana."
Alena : "mobil
aku dibawa papi, tadi aku kesini naik taksi."
Taufan : "kamu
itu dari dulu bandel banget, udah aku bilang kamu kalau mau pergi telpon aku
dulu. Ntar aku jemput."
Alena : "yah,
habis nya aku mau kasih kejutan buat kamu."
Taufan : "ya deh,
lain kali bilang ya."
Alena : "siap,
bos Taufan Reinaldy."
Taufan : "yuk,
sebelum kemalaman."
Alena :
"ayo."
Setelah Taufan-Alena
pergi,
Fadil : "(dalam
hati)Taufan, sampai kapan loe seperti ini sama gue."
Ternyata, Alena
mengajak Taufan melihat pasar malam.
Taufan : "kamu
ngapain ajak aku kesini."
Alena : "hiburan,
Fan. Sekali-kali."
Taufan : "ya deh,
eh main kesitu yuk. Boneka."
Alena : "tapi aku
mau gulali."
Taufan : "gulali,
ehm ya udah ayo."
Setelah membeli
gulali.
Taufan : "ini,
gulali nya."
Alena : "makasih
ya sayang."
Taufan : "jalan
lagi yuk."
Alena :
"ayo."
Tempat pertama yang
dikunjungi mereka adalah lempar bola gratis boneka.
Taufan : "nih
boneka buat kamu."
Alena : "makasih
sayang."
Taufan : "iya
sama-sama."
Setelah cukup lama,
Alena kelelahan dan Taufan mengantarkan Alena pulang. Sayangnya, Alena
ketiduran di mobil.
Taufan : "yah
tidur deh dia. Aku gendong aja deh."
Setiba di kamar Alena,
Taufan menidurkan Alena di kasur. Dan dia langsung pulang tapi tidak ke rumah
melainkan ke apartement sewaannya.
Taufan :
"hah."
Baru tidur setengah
jam, Ambar menelpon Taufan untuk segeta pulang ke rumah. Dengan terpaksa,
Taufan pulang ke rumahnya. Setiba dirumah.
Ambar : "kamu
darimana, kenapa jam segini baru pulang."
Taufan : "memang
kenapa, ma. Mama gak suka. Ma, Taufan tuh udah dewasa udah mandiri jadi ngapain
mama khawatirin Taufan."
Ambar : "mama
lakukan ini karena sayang sama kamu."
Taufan : "oh
begitu, Taufan pikir karena ada anak emas mama melupakan Taufan."
Ambar : "maksud
kamu, siapa."
Taufan : "hah,
siapa lagi kalau bukan Fadil dan Kamila.(Meninggalkan Ambar)"
Ambar : "Taufan
tunggu, Fan. Taufan."
Dari hari ke hari,
sikap Taufan semakin dingin pada keluarganya terutama pada Fadil dan Kamila.
Tapi Suatu saat, Taufan makan siang bersama dan ada Fadil saat itu.
Ambar : "sayang,
mama udah buatkan sup buat kamu."
Taufan : "oh,
thanks."
Ambar :
"sama-sama sayang."
Fadil :
"Fan."
Taufan pura-pura tidak
mendengar panggilan dari adik kembarnya itu.
Fadil :
"Taufan."
Taufan : "loe
panggil gue, gue kira loe panggil kucing."
Fadil : "ahh,
sini loe gue mau ngomong sesuatu."
Taufan : "bicara
apa, males gue dengerin nya."
Fadil : "sebentar
aja, pliss."
Taufan : "ok, loe
duluan aja. Ntar gue susul."
Fadil : "ya,
Fan."
Meski Taufan dingin
pada Fadil, tapi Taufan tetap memiliki hati yang lembut pada siapapun.
Kemudian, Taufan segera menemui Fadil.
Taufan : "ada
apa? Loe mau bicara apa."
Fadil : "Fan,
sampai kapan loe akan dingin sama gue. Harus dengan cara apalagi, loe bisa maafin
gue."
Taufan :
"kata-kata loe udah terlanjur nyakitin gue, apalagi loe lebih memilih
percaya pada Edo ketimbang gue. Apa loe pikir gue gak sakit apa, loe katakn
seperti itu. Gue juga punya hati, Dil."
Fadil : "tapi apa
loe harus menghindar dari gue, padahal gue udah minta maaf ke loe."
Taufan : "sorry,
Dil. Itu tipe gue, sekali loe ngomong seperti itu. Maka, akan gue pegang itu
selamanya."
Fadil : "tapi,
gue bener-bener menyesal Fan. Tapi itu terserah loe juga, kalau loe mau benci
ma gue. Gue nggak apa kok. Gue ikhlas, tapi gue nggak akan benci sama
loe."
Taufan : "denger
Dil, sikap loe itu sudah mengingatkan gue kejadian 5 tahun silam. Loe mau gue
melakukan itu?"
Fadil : "maksud
loe kabur dari rumah gitu."
Taufan : "iya.
Itu yang gue maksud."
Fadil : "jangan,
Fan. Jangan lakukan itu, aku mohon. Aku minta maaf, Fan."
Taufan : "(dalam
hati)kenapa kepala gue pusing begini ya."
Fadil : "Taufan,
maafin gue."
Taufan : "Dil,
bisa tinggalin gue sebentar mungkin. Gue akan jawab ntar kalau ada waktu."
Fadil : "tapi,
kapan."
Taufan : "tau,
udah loe pergi aja."
Fadil : "tapi loe
nggak akan kabur dari rumah kan."
Taufan :
"iya."
Setelah Fadil pergi,
perlahan-lahan Taufan menanggapi kata-kata Fadil. Tapi itu lah Taufan. Dan
suatu Sore hari, Taufan jalan-jalan menikmati segernya udara sore hari. Dia
jalan ke taman yang biasa ramai. Dan ada Fadil yang sedang membetulkan mesin
mobil yang mogok.
Taufan : "lho itu
kan Fadil, ngapain dia disini."
Taufan mendekati
Fadil, dan ketika Fadil akan mencari bantuan tiba-tiba ada truk yang mengarah
ke Fadil.
Taufan : "hah,
astagfirullah. Truk itu seperti mengarah ke Fadil. Aku harus
menyelamatkan."
Tin,
Fadil :
"aa."
Taufan langsung
menyelamatkan Fadil saat itu juga dan beruntung keduanya selamat.
Fadil :
"Taufan."
Taufan : "Fadil,
kamu nggak apa-apa kan."
Fadil : "aku
nggak apa-apa, Fan. Makasih Fan, loe udah selamatin nyawa gue."
Taufan menatap mata
Fadil, dia menatap dalam dan saat itu juga kata-kata Fadil yang mengusir nya
itu kembali masuk.
Taufan : "sorry,
gue buru-buru. Loe hati-hati ya. Bye."
Fadil : "tunggu,
Fan. (Pegang tangan Taufan)"
Taufan : "apa
lagi sih Dil."
Fadil : "loe
masih menghindar lagi, Fan. Sampai kapan, gue kangen sama loe yang dulu
Fan."
Taufan : "cuma
khayalan loe aja yang bisa membuat loe inget gue."
Fadil : "Nggak,
Fan. Ini gak khayalan gue, gue bener-bener merasa kehilangan loe banget.
Separuh jiwaku pergi."
Taufan : "loe
pikir lagu Anang."
Fadil : "hah. Gue
nggak nyanyi, Fan. Gue serius."
Taufan : "tadi
loe bilang separuh jiwa loe pergi, itu kan lagu Anang."
Fadil : "hah, loe
pikir tadi omongan gue lagu apa."
Taufan : "iya,
sejak kapan loe bisa ngomong serius gitu, nggak bakalan bisa."
Fadil : "maksud
loe apa Fan."
Taufan :
"bukannya loe pernah bilang kalau loe nek ngliat gue dan loe gak mau
anggep gue saudara loe kan."
Fadil : "hah,
emang gue bicara kayak gitu. Loe jangan ngarang cerita ya."
Taufan : "gue
nggak ngarang, neh kalau loe gak percaya gue masih simpen rekaman kata-kata
loe. Neh, kalau loe mau denger."
Fadil : "(suara
rekaman)heh, Fan. Ngapain loe ada disini, mendingan loe pergi aja karena gue
nek ngliat muka loe. Dan satu lagi loe bukan saudara gue lagi,ngerti loe."
Taufan : "gimana,
mau dengerin lagi."
Fadil : "hah,
masa gue bilang kayak gitu."
Taufan : "masih
nggak percaya, nih kalau mau loe denger lagi."
Fadil : "tapi,
Fan."
Taufan : "kenapa
loe."
Fadil : "maafin
gue, Fan. Gue nggak ada maksud untuk seperti itu. Gue menyesal, Fan."
Taufan : "kenapa
loe baru menyesal sekarang. Kenapa nggak dari awal, loe tau gue udah terlanjur
kecewa dengan sikap loe itu. Dan loe tau, apa yang membuat gue kecewa. Loe
lebih memilih percaya dengan Edo ketimbang gue yang saudara loe sendiri."
Fadil : "tapi,
Fan. Waktu itu perasaan gue itu campur aduk. Dan gue panik dengan kondisi
Kamila."
Taufan : "oh,
saking loe paniknya loe berkata seperti itu. Dimana perasaan loe, dil. Apa loe
pikir gue nggak sakit, gue sakit dil. Sekarang gue tanya sama loe, apa yang gue
rasakan sekarang ke loe."
Fadil : "gue
nggak tahu, Fan."
Taufan : "loe mau
tahu, perasaan gue ke loe."
Fadil : "iya,
Fan."
Taufan :
"perasaan gue ke loe adalah gue BENCI sama loe. Gue benci sama loe."
Fadil : "Taufan,
jangan benci gue. Gue mohon."
Taufan : "sorry,
dil. Sekali gue bilang benci maka itu akan gue pegang terus sampai gue bisa
melihat loe dan kata-kata loe itu, ngerti loe."
Fadil : "tapi,
Fan.(Sedih)"
Taufan : "buang
air mata buaya loe, gue nggak butuh tangisan dari loe. Ngerti loe."
Fadil :
"Fan."
Taufan : "gue mau
pulang, hati-hati loe di jalan. Askum."
Fadil :
"waalaikumsalam."
Setelah Taufan pergi,
Fadil semakin menyesal dengan kata-kata yang dia ucapkan apalagi kata-kata itu
di rekam. Setiba dirumah, ambar dan tama akan pergi ke Jogja karena dapat
pekerjaan disana. Sementara Kamila, akan pergi ke rumah sakit untuk nemenin
Eyang Tini yang sakit. Jadi di rumah hanya ada Fadil, Taufan dan Kaffa.
Fadil : "jadi
kita dirumah sendirian gitu."
Taufan : "iya,
kenapa loe nggak suka. Kalau gak suka, bilang sekarang."
Fadil : "gue cuma
tanya aja, Fan. Kenapa loe jadi sensi gitu coba."
Taufan : "halah,
nggak usah pura-pura. Dasar munafik.(Meninggalkan Fadil)"
Fadil hanya dapat
bersabar dengan kata-kata Taufan itu, dan malam harinya Taufan punya niat jahat
yaitu akan meneror Fadil. Praang. Kaca kamar Fadil dilempari batu dengan
kertas.
Fadil : "suara
apa itu."
Dia segera menuju ke
sumber suara, dan membaca isi kertas.
Fadil : "ku bunuh
kau, Fadil Reinaldy. Hah, astagfirullah siapa yang mengirim ini."
Segera, Fadil mengejar
orang itu tapi sayang orang itu sudah sembunyi. Taufan menuju apartement nya,
dan Fadil kehilangan jejak. Kemudian, Taufan mengambil mobilnya. Setiba
dirumah.
Taufan :
"Fadil."
Fadil : "Fan,
tadi rumah kita di teror orang."
Taufan : "aduh,
nggak usah parno gitu napa. Siapa tahu itu orang iseng aja. Udahlah gue
capek."
Fadil : "(dalam
hati)benar juga kata Taufan. Itu tadi pasti orang iseng saja."
Di kamar, Taufan
menahan tawa melihat mimik Fadil yang ketakutan itu. Hari berganti hari, teror
dari Taufan terus berjalan. Tapi, tetap saja aman. Pada hari Minggu, mama dan
papa pulang dari Jogja. Dan teror itu tetap berjalan.
Taufan : "(dalam
hati)rasakan akibatnya, Fadil Reinaldy. Haha."
Fadil pun semakin
gelisah dengan teror tersebut, dia belum sadar kalau teror itu dari kakak nya
sendiri.
Fadil : "ma,
kenapa rumah kita semakin tidak aman. Kenapa Fadil sering di teror."
Ambar : "diteror,
kamu tau dari mana."
Fadil :
"(menceritakan semua)"
Ambar : "Pa,
gimana ini. Mama juga tidak tenang nih."
Tama : "coba papa
panggil Taufan ya, Fan. Taufan."
Dengan muka tanpa
dosa, Taufan menyahut panggilan papa nya.
Taufan : "Ada
apa, Pa."
Tama : "apa benar
selama kami pergi, banyak kejadian teror dirumah kita."
Taufan :
"Kejadian teror, nggak tuh. Nggak ada, paling si Fadil cuma kangen sama
Kamila makanya dia ngasal aja."
Fadil : "Gue
nggak ngasal, Fan. Atau jangan-jangan, ini semua ulah loe."
Taufan : "Woi,
loe jangan asal tuduh. Kalau memang loe nggak suka sama gue, ya udah. Tapi
jangan asal tuduh gitu dong."
Ambar : "Fadil
cukup, Taufan cukup. Kenapa kalian jadi berantem gini."
Taufan : "Hah,
dasar anak emas loe.(Meninggalkan keluarganya)"
Fadil semakin curiga
kalau memang Taufan lah biang dari semua ini. Maka, malam itu dia sengaja untuk
tidak tidur dia akan menjebak pelaku teror. Ketika, Taufan akan meneror Fadil,
Fadil berada di tepat belakang Taufan. Dan Fadil langsung memborgol tangan
Taufan.
Taufan : "woi,
lepasin gue."
Fadil : "sekarang
gue tahu siapa yang telah meneror gue. Gue tahu ini pasti loe, Fan."
Taufan : "dasar
sialan loe. Lepasin gue,dil."
Fadil : "Nggak
akan, gue nggak akan lepasin loe. Masuk loe."
Di dalam, Taufan
dihakimi keluarganya.
Ambar :
"keterlaluan kamu, Taufan. Tega-teganya kamu seperti itu sama saudara
kamu."
Taufan : "memang
kenapa, Ma. Nggak suka."
Ambar : "kenapa
kamu jadi anak yang menentang seperti ini."
Taufan bukannya
menjawab malah pergi begitu saja, sementara keluarganya cuma geleng-geleng
saja.
Fadil : "(dalam
hati)astagfirullah, Fan. Kenapa loe jadi seperti ini."
Tak lama kemudian,
Taufan keluar.
Fadil : "Loe mau
kemana, Fan."
Taufan : "heh,
anak manja. Nggak usah ikut campur loe."
Tama : "Fan,
istigfar nak. Kamu itu kenapa. Kalau kamu lagi bertengkar sama Fadil, tolong selesaikan
dengan baik."
Taufan : "Maaf,
Pa. Tapi Taufan udah terlanjur kecewa dan benci dengan Fadil."
Ambar :
"benci."
Taufan :
"iya,Ma."
Ambar :
"astagfirullah, kalian itu saudara Fan. Kenapa jadi saling benci
gini."
Taufan : "karena
ini yang minta Fadil sendiri. Ahh, daripada buang waktu gue cabut."
Ambar : "Taufan,
jangan tinggalkan mama."
Taufan :
"bukannya udah ada Fadil, yang menurut kalian anak emas keluarga
ini."
Fadil : "Fan,
kenapa loe seperti itu coba. Jangan fitnah gitu."
Taufan : "gue
fitnah loe, nggak kebalik ya."
Ambar : "udah
cukup. Jangan ada keributan terus, mama capek dengernya. Taufan, istigfar nak.
Mama sedih melihat perubahan 180' kamu. Tolong, Fan. Berubah nak, mama kangen
sama Taufan yang dulu."
Taufan : "beuh,
udah deh kalau mama mau seperti dulu. Noh, mama bisa minta sama Fadil. Dia kan
anak kesayangan kalian."
Ambar : "nggak
sayang, mama serius."
Taufan : "hah,
sudahlah ma. Taufan mau istirahat, dan jangan ada yang ganggu."
Saat akan melewati
Fadil,
Taufan : "heh,
gue belum kalah dan tunggu saja akibatnya Fadil Reinaldy.(Menatap
tajam)sebentar lagi, loe akan merasakan atas apa yang kini gue rasakan ngerti
loe.(Mendorong Fadil)"
Fadil :
"aww."
Tama : "fadil,
kamu nggak apa kan nak."
Fadil : "nggak
apa kok, Pa."
Hari berganti hari,
Taufan semakin jahat pada Fadil. Suatu pagi, ketika akan pergi kerja.
Tama :
"Taufan."
Taufan :
"kenapa."
Tama : "sarapan
dulu, nak."
Taufan : "apaan
tuh?"
Fadil : "Fan,
sini lho."
Taufan : "cerewet
jadi orang."
Kamila : "kak
Taufan, nggak boleh gitu. Kan udah disiapin sama mama."
Taufan : "sorry,
gue gak berselera.(Meninggalkan semua)"
Kamila : "coba
biar Mila bujuk.(Mengejar Taufan)"
Sayangnya, Kamila
ketinggalan karena mobil Taufan sudah jalan.
Kamila : "(dalam
hati)apa aku susul ke kantor kak Taufan."
Siang harinya, Kamila
pergi ke kantor Taufan.
Taufan :
"masuk."
Kamila :
"assalamualaikum."
Taufan :
"waalaikumsalam."
Kamila : "kak
Taufan."
Taufan : "Kamila,
ngapain kamu kesini."
Kamila : "ada hal
yang mau kamila bicarain sama kak Taufan."
Taufan : "ok,
waktu kamu 10 menit."
Kamila :
"baiklah. Kak, sampai kapan Kak Taufan akan seperti ini sama keluarga
kakak. Kasihan mereka kak, memang Kamila gak tahu apa-apa tapi haruskah semarah
itu kak Taufan ke mereka."
Taufan : "kamu
mau tau kenapa aku seperti ini."
Kamila :
"iya."
Taufan : "itu
semua karena Fadil yang suruh."
Kamila : "maksud
kak Taufan."
Taufan : "maksud
aku, kamu masih ingatkan kejadian 2 minggu yang lalu."
Kamila : "yang
Kamila jatuh itu."
Taufan : "iya,
karena kamu jatuh aku yang kenapa aku harus kena impas dari Fadil, padahal
ketika itu aku juga menolong kamu."
Kamila : "mungkin
saat itu kak Fadil panik ngeliat kondisi, Mila kak."
Taufan : "kalau
paniknya Fadil aku bisa wajar, tapi kata-kata Fadil yang membuat aku seperti
ini."
Kamila : "memang
kak Fadil bilang apa."
Taufan : "Fadil
bilang, kalau aku bukanlah yang terbaik, aku gak berguna, pembawa sial. Kenapa
Fadil lebih percaya sama Edo, ketimbang aku yang udah menolong kamu."
Kamila : "apa,
kak Fadil bilang kayak gitu."
Taufan : "iya,
dan itu lah yang membuat aku seperti ini sama Fadil."
Kamila : "tapi,
mungkin saja kak Fadil nggak ada maksud."
Taufan :
"(memotong pembicaraan)nggak ada maksud, maksud kamu gimana Kamila.
Jelas-jelas dia bicara seperti itu sengaja. Kalau kamu nggak percaya kamu bisa
dengar rekamannya."
Kamila : "mana
kak."
Taufan :
"ini."
Setelah mendengar,
Taufan :
"bagaimana, mau aku ulang lagi."
Kamila : "biar
kamila yang bilang semua ini ke kak Fadil."
Taufan : "ok
kalau gitu. Tapi jangan harap, aku kan terbuka untuk Fadil lagi."
Kamila : "Kak
Taufan."
Taufan : "udah
lah, Mila. Aku pulang, aku ada acara sama Alena."
Ketika akan beranjak,
tiba-tiba.
Taufan :
"aw."
Kamila : "Kak
Taufan, kenapa kak."
Taufan : "nggak
apa, Mila. Aku nggak apa kok."
Kamila :
"beneran, nggak apa kak."
Taufan : "iya,
Mila."
Kamila : "tapi
muka kak Taufan pucet banget, apa Mila telpon kak Fadil."
Taufan : "ga
usah, Kamila. Kalau aku bilang gak ya nggak. Plis deh, gak usah maksa."
Kamila : "ya udah
kalau gitu."
Taufan :
"assalamualaikum."
Kamila :
"waalaikumsalam."
Setelah Taufan pergi,
Kamila : "duh
sekarang aku berada 2 pihak. Mana yang aku pilih. Kasihan kak Taufan."
Sementara itu, Taufan.
Taufan : "kenapa
belakangan ini pinggang gue rasanya sakit seperti ini. Apa aku check aja
ya."
Di rumah sakit,
Dokter : "maaf,
pak. Apa anda pernah mengalami keluhan."
Taufan : "begini,
dok. Saya mulai merasa sakit sekitar 2 minggu yang lalu."
Dokter : "lalu
apa selama itu, anda pernah mengalami sesuatu mungkin terbentur."
Taufan :
"entahlah, tapi ketika itu saya menolong adik ipar saya dari kecelakaan
dan kata teman saya. Saya sempat membentur trotoar, dok. Memang ada
masalah?"
Dokter : "iya,
ada masalah."
Taufan : "Apa,
Dok?"
Dokter : "karena
ginjal anda tinggal 1, maka karena itu Ginjal anda rusak dan hanya berfungsi
20% saja."
Taufan : "Apa,
20%. Lalu apa yang harus saya lakukan, Dok."
Dokter : "anda
harus melakukan cuci darah seminggu sekali."
Taufan : "setelah
cuci darah, apa saya perlu donor ginjal."
Dokter :
"entahlah, kalau anda terlalu capek mungkin cuci darah anda akan sia-sia
alias gagal."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar