Kamis, 12 Juli 2012

Novel The Westlife Story part 2


“hei, Shane. Mengapa melamun?”aku dekati Shane yang sedari tadi hanya melamun saja.
“hah, gak kok Mark. Aku hanya mengantuk saja.”jawab Shane yang terlihat berbohong.
“halah, jangan bohong deh Shane.”aku menatap mata Shane.
“gue beneran nggak bohong, Mark.”kata Shane dan juga menatapku. “kenapa loe ngeliatin gue seperti itu?”
“ayolah, Shane. Jujur saja, gue tahu kalau loe sedang melamunkan sesuatu.”aku terus membujuk Shane untuk jujur.
“ehm, gue.”Aku langsung memotong pembicaraan Shane,
“Shane.”aku semakin menatap mata Shane lebih dalam hingga.
“ok, gue jujur. Gue memang sedang melamunkan sesuatu, kenapa?”jawab Shane yang mendadak kesal denganku.
“ya elah, Shane. Gitu aja marah, niat gue mau bantuin masalah loe tau.”ucap ku yang ikutan kesal.
“iya, maaf. Jangan ngambek dong.”mata Shane terlihat mengiba padaku.
“yeah, no problem. Ehm, kalau gue boleh tau. Memang apa masalah loe.”tanya ku pada Shane.
“ehm, kamu mau tau masalah aku.”tanya Shane balik.
“kalau loe nggak keberatan juga, lagian masalah loe itu privacy.”jawabku.
“baiklah, gue akan kasih tahu masalah gue. Ehm, sebenernya gue kepengen banget seperti Kian, Nicky dan Bryan. gue mau banget kalau ada cewek disekitar gue.”kata Shane menceritakan masalahnya.
“oh jadi itu, masalah loe itu.”aku berpikir sejenak.
“loe tau nggak, kalau gue takut ntar gak ada cewek yang mau sama gue.”kata Shane yang terlihat pesimis.
“hah, memang kenapa?”tanyaku seraya menaikan alis mataku.
“loe tau kan, gue pendek. Gak keren.”jawab Shane semakin memojokan dirinya sendiri.
“hei, Shane. Loe nggak boleh berkata seperti itu, jangan pesimis gitu. Loe itu pasti bakalan dapet cewek, nggak mungkin kalau loe nggak akan dapet cewek. Shane, cinta itu bisa dapat kapan saja, gue yakin suatu saat nanti loe akan dapetin cewek yang loe suka. Inget, jodoh itu tetep urusan Tuhan. Loe serahin semuanya aja.”kataku membesarkan hati Shane.
“tapi, Mark. Gue.”Shane terbata-bata dan aku langsung memotong pembicaraannya.
“sstt.”aku letakan jari telunjuk ku di bibir Shane agar dia diam. “didunia ini gak ada yang nggak mungkin, Shane. Meski loe pendek, loe tetep keren. Cinta itu tidak berasal dari fisik melainkan dari hati loe. Kalau memang loe sudah mulai merasakan cinta, loe akan seperti mereka. Percayalah, loe bisa pegang kata-kata gue ini.”aku tetap berusaha membuat Shane tidak pernah merasa kurang.
“loe bener, Mark. Makasih ya, loe udah mau dengerin pembicaraan gue.”kata Shane seraya menyibakan rambutku.
“haha, nggak apa kok. Lagian loe udah kayak kakak gue banget, jadi loe kalau ada masalah. Gue bisa bantuin loe.”aku tersenyum dan Shane juga membalas senyumanku.
Sejak saat itu, Shane tidak pernah ada masalah akan urusan cinta nya itu dan hingga suatu ketika di hari ulang tahun Georgina yang ke 20. Gina mengadakan acara pesta yang sangat meriah tak lupa mengundang kami semua. Ketika acara berlangsung, seperti biasa aku hanya memojok dan menyendiri padahal dari kejauhan aku melihat mereka semua tengah menikmati pesta.
*
Aku kembali menikmati kesunyian di pesta, padahal suasana malam ini terlihat sangat ramai aku melihat Nicky terlihat sangat mesra sekali dengan Gina. Tiba-tiba.
“hah, sorry. Aku nggak sengaja.”ucap nya meminta maaf pada Shane.
“oh tidak apa, aku yang nggak melihat.”jawab ku seraya menatap nya. Hati ku berdegup kencang sekali seakan mau lepas.
“hei, are you okay.”tanya wanita tersebut pada diriku.
“yes, I’m Okay.”jawabku terlihat gugup.
Akhirnya, wanita itu meninggalkan aku hatiku mulai merasakan sesuatu padanya. Apa ini yang namanya pandangan pertama. Kata-kata Mark mulai terasa pada diriku.
Aku harus mendapatkan cinta nya.”ucapku dalam hati.
*
Dari kejauhan, aku melihat Shane tampak sedang tersenyum sendiri nggak jelas lantas aku dekati Shane.
“Shane.”sapaku seraya menyentuh pundaknya.
“hei, Mark.”sapa balik Shane seraya tersenyum.
“loe kenapa, Shane. Senyum sendiri nggak jelas, perasaan tadi gue lihat loe bete kayak gue.”tanyaku heran.
“haha. Loe tau nggak, Mark.”kata Shane.
“ya mana gue tau, loe aja belum cerita.”ucapku cuek dan langsung dapet jitakan dari Shane.
“gue belum selesai bicara, anak kecil.”katanya kesal.
“ya maaf, gue kan Cuma bercanda.”ucapku yang ikutan kesal.
“hih, dasar anak kecil. Emang susah ngomong kalau sama loe.”ucap Shane seraya pergi.
Aku menendang kaleng minuman dan ternyata mengenai kepala Shane.
“aww, kepalaku.”kata Shane kesakitan dan langsung memungut kaleng itu.
“waduh, kenapa bisa kena kepala Shane. Pura-pura nggak tau ah.”ucapku dalam hati dan langsung berpura-pura main Handphone.
“ehem.”suara batuk yang sangat aku kenal dan aku tidak berani melihatnya. “hei, Mark. Loe kenal sama benda ini?”tanya Shane menunjukan kaleng tadi.
“hah, gak kok Shane. Gue nggak kenal.”kataku yang tetap bermain handphone.
“oh, nggak kenal ya.”kata Shane mendekatiku dan langsung menjewer telingaku.
“aw, iya ya ampun Shane. Maaf, iya itu tadi gue tendang.”kataku kesakitan.
“huh,anak kecil.”kata Shane kesal dan melepaskan telingaku.
Aku langsung menekik leher Shane pelan, meski begitu tetap terdengar canda dan tawa dari kami berdua hingga wanita yang Shane lihat datang.
“haha, kalian bener-bener seperti anak kecil ya.”katanya pada kami.
“hah, kamu.”kata Shane langsung mendekati wanita tersebut. “oh iya, tadi kita belum kenalan. Aku Shane, kalau Nama kamu siapa?”tanya Shane pada wanita itu.
“namaku Gillian, kamu bisa panggil aku Gill.” Jawab Gillian.
“nama yang sangat cantik seperti orang nya.”puji Shane pada Gillian.
Tatapan Gillian beralih padaku, dan aku hanya tersenyum dan Shane langsung memperkenalkan namaku. Dan aku memperhatikan kalau wajah Gillian sangat mirip dengan Kian.
“oh, jadi loe dan Kian satu saudara gitu.”tanyaku pada Gillian.
“ya, ayah ku dan ayah Kian bersaudara.”jawab Gillian.
Akhirnya aku memilih untuk menjauh dari Shane dan Gillian dan aku kembali menikmati kesendirian ku ini.
“Mark.”sapa seseorang.
“Bryan, kok loe ada disini.”tanya ku pada Bryan yang tiba-tiba muncul sendiri.
“gue kesini itu nyariin loe sama Shane, kita disuruh nyanyi.”jawab Bryan padaku.
“oh, kalau Shane ada disitu tuh.”tunjuk ku ke Shane pada Bryan.
“hah, Shane dan Gillian ngapain.”tanya Bryan sedikit heran.
“gak ada apa-apa kok, Cuma lagi ngobrol aja. Shane, kita disuruh nyanyi.”teriak ku memanggil Shane.
“oh iya, Mark. Gue nyusul.”balas Shane ikut teriak.
“ya udah, gue duluan ya. Ayo Bry.”kami berdua masuk kembali.
“ehm, kedalam yuk.”ajak Shane pada Gillian.
“ayo, Shane.”Shane dan Gillian mengikuti kami masuk.
Kami pun menyanyikan 3 lagu, “Swear It Again” “If I Let You Go” dan “Flying Without Wings” tak lupa kami juga menunjukan dansa kami. Tak lama kemudian, pesta usai dan kami kembali pulang kerumah. Setiba dirumah, aku langsung menuju kamar dan merebahkan diri hingga aku ketiduran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar