“hei, Shane. Mengapa
melamun?”aku dekati Shane yang sedari tadi hanya melamun saja.
“hah, gak kok Mark.
Aku hanya mengantuk saja.”jawab Shane yang terlihat berbohong.
“halah, jangan bohong
deh Shane.”aku menatap mata Shane.
“gue beneran nggak
bohong, Mark.”kata Shane dan juga menatapku. “kenapa loe ngeliatin gue seperti
itu?”
“ayolah, Shane. Jujur
saja, gue tahu kalau loe sedang melamunkan sesuatu.”aku terus membujuk Shane
untuk jujur.
“ehm, gue.”Aku
langsung memotong pembicaraan Shane,
“Shane.”aku semakin
menatap mata Shane lebih dalam hingga.
“ok, gue jujur. Gue
memang sedang melamunkan sesuatu, kenapa?”jawab Shane yang mendadak kesal
denganku.
“ya elah, Shane. Gitu
aja marah, niat gue mau bantuin masalah loe tau.”ucap ku yang ikutan kesal.
“iya, maaf. Jangan
ngambek dong.”mata Shane terlihat mengiba padaku.
“yeah, no problem.
Ehm, kalau gue boleh tau. Memang apa masalah loe.”tanya ku pada Shane.
“ehm, kamu mau tau
masalah aku.”tanya Shane balik.
“kalau loe nggak
keberatan juga, lagian masalah loe itu privacy.”jawabku.
“baiklah, gue akan
kasih tahu masalah gue. Ehm, sebenernya gue kepengen banget seperti Kian, Nicky
dan Bryan. gue mau banget kalau ada cewek disekitar gue.”kata Shane
menceritakan masalahnya.
“oh jadi itu, masalah
loe itu.”aku berpikir sejenak.
“loe tau nggak, kalau
gue takut ntar gak ada cewek yang mau sama gue.”kata Shane yang terlihat
pesimis.
“hah, memang kenapa?”tanyaku
seraya menaikan alis mataku.
“loe tau kan, gue
pendek. Gak keren.”jawab Shane semakin memojokan dirinya sendiri.
“hei, Shane. Loe
nggak boleh berkata seperti itu, jangan pesimis gitu. Loe itu pasti bakalan
dapet cewek, nggak mungkin kalau loe nggak akan dapet cewek. Shane, cinta itu
bisa dapat kapan saja, gue yakin suatu saat nanti loe akan dapetin cewek yang
loe suka. Inget, jodoh itu tetep urusan Tuhan. Loe serahin semuanya aja.”kataku
membesarkan hati Shane.
“tapi, Mark. Gue.”Shane
terbata-bata dan aku langsung memotong pembicaraannya.
“sstt.”aku letakan
jari telunjuk ku di bibir Shane agar dia diam. “didunia ini gak ada yang nggak
mungkin, Shane. Meski loe pendek, loe tetep keren. Cinta itu tidak berasal dari
fisik melainkan dari hati loe. Kalau memang loe sudah mulai merasakan cinta,
loe akan seperti mereka. Percayalah, loe bisa pegang kata-kata gue ini.”aku
tetap berusaha membuat Shane tidak pernah merasa kurang.
“loe bener, Mark.
Makasih ya, loe udah mau dengerin pembicaraan gue.”kata Shane seraya menyibakan
rambutku.
“haha, nggak apa kok.
Lagian loe udah kayak kakak gue banget, jadi loe kalau ada masalah. Gue bisa
bantuin loe.”aku tersenyum dan Shane juga membalas senyumanku.
Sejak saat itu, Shane
tidak pernah ada masalah akan urusan cinta nya itu dan hingga suatu ketika di
hari ulang tahun Georgina yang ke 20. Gina mengadakan acara pesta yang sangat
meriah tak lupa mengundang kami semua. Ketika acara berlangsung, seperti biasa
aku hanya memojok dan menyendiri padahal dari kejauhan aku melihat mereka semua
tengah menikmati pesta.
*
Aku kembali menikmati
kesunyian di pesta, padahal suasana malam ini terlihat sangat ramai aku melihat
Nicky terlihat sangat mesra sekali dengan Gina. Tiba-tiba.
“hah, sorry. Aku
nggak sengaja.”ucap nya meminta maaf pada Shane.
“oh tidak apa, aku
yang nggak melihat.”jawab ku seraya menatap nya. Hati ku berdegup kencang
sekali seakan mau lepas.
“hei, are you okay.”tanya
wanita tersebut pada diriku.
“yes, I’m Okay.”jawabku
terlihat gugup.
Akhirnya, wanita itu
meninggalkan aku hatiku mulai merasakan sesuatu padanya. Apa ini yang namanya
pandangan pertama. Kata-kata Mark mulai terasa pada diriku.
“Aku harus mendapatkan cinta nya.”ucapku dalam hati.
*
Dari kejauhan, aku
melihat Shane tampak sedang tersenyum sendiri nggak jelas lantas aku dekati
Shane.
“Shane.”sapaku seraya
menyentuh pundaknya.
“hei, Mark.”sapa
balik Shane seraya tersenyum.
“loe kenapa, Shane.
Senyum sendiri nggak jelas, perasaan tadi gue lihat loe bete kayak gue.”tanyaku
heran.
“haha. Loe tau nggak,
Mark.”kata Shane.
“ya mana gue tau, loe
aja belum cerita.”ucapku cuek dan langsung dapet jitakan dari Shane.
“gue belum selesai
bicara, anak kecil.”katanya kesal.
“ya maaf, gue kan
Cuma bercanda.”ucapku yang ikutan kesal.
“hih, dasar anak
kecil. Emang susah ngomong kalau sama loe.”ucap Shane seraya pergi.
Aku menendang kaleng
minuman dan ternyata mengenai kepala Shane.
“aww, kepalaku.”kata
Shane kesakitan dan langsung memungut kaleng itu.
“waduh, kenapa bisa
kena kepala Shane. Pura-pura nggak tau ah.”ucapku dalam hati dan langsung
berpura-pura main Handphone.
“ehem.”suara batuk
yang sangat aku kenal dan aku tidak berani melihatnya. “hei, Mark. Loe kenal
sama benda ini?”tanya Shane menunjukan kaleng tadi.
“hah, gak kok Shane.
Gue nggak kenal.”kataku yang tetap bermain handphone.
“oh, nggak kenal
ya.”kata Shane mendekatiku dan langsung menjewer telingaku.
“aw, iya ya ampun
Shane. Maaf, iya itu tadi gue tendang.”kataku kesakitan.
“huh,anak kecil.”kata
Shane kesal dan melepaskan telingaku.
Aku langsung menekik
leher Shane pelan, meski begitu tetap terdengar canda dan tawa dari kami berdua
hingga wanita yang Shane lihat datang.
“haha, kalian
bener-bener seperti anak kecil ya.”katanya pada kami.
“hah, kamu.”kata
Shane langsung mendekati wanita tersebut. “oh iya, tadi kita belum kenalan. Aku
Shane, kalau Nama kamu siapa?”tanya Shane pada wanita itu.
“namaku Gillian, kamu
bisa panggil aku Gill.” Jawab Gillian.
“nama yang sangat
cantik seperti orang nya.”puji Shane pada Gillian.
Tatapan Gillian
beralih padaku, dan aku hanya tersenyum dan Shane langsung memperkenalkan
namaku. Dan aku memperhatikan kalau wajah Gillian sangat mirip dengan Kian.
“oh, jadi loe dan
Kian satu saudara gitu.”tanyaku pada Gillian.
“ya, ayah ku dan ayah
Kian bersaudara.”jawab Gillian.
Akhirnya aku memilih
untuk menjauh dari Shane dan Gillian dan aku kembali menikmati kesendirian ku
ini.
“Mark.”sapa
seseorang.
“Bryan, kok loe ada
disini.”tanya ku pada Bryan yang tiba-tiba muncul sendiri.
“gue kesini itu
nyariin loe sama Shane, kita disuruh nyanyi.”jawab Bryan padaku.
“oh, kalau Shane ada
disitu tuh.”tunjuk ku ke Shane pada Bryan.
“hah, Shane dan
Gillian ngapain.”tanya Bryan sedikit heran.
“gak ada apa-apa kok,
Cuma lagi ngobrol aja. Shane, kita disuruh nyanyi.”teriak ku memanggil Shane.
“oh iya, Mark. Gue
nyusul.”balas Shane ikut teriak.
“ya udah, gue duluan
ya. Ayo Bry.”kami berdua masuk kembali.
“ehm, kedalam
yuk.”ajak Shane pada Gillian.
“ayo, Shane.”Shane
dan Gillian mengikuti kami masuk.
Kami pun menyanyikan 3 lagu, “Swear It Again” “If I
Let You Go” dan “Flying Without Wings” tak lupa kami juga menunjukan dansa
kami. Tak lama kemudian, pesta usai dan kami kembali pulang kerumah. Setiba
dirumah, aku langsung menuju kamar dan merebahkan diri hingga aku ketiduran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar