Cerita ini berawal ketika Taufan
berkumpul dengan keluarga nya.
Taufan : "Pa, Ma, Fadil. Ada hal
yang mau aku sampaikan ke kalian."
Fadil : "apa, Fan."
Taufan : "ehm aku. (Dalam
hati)astagfirullah kepalaku."
Ambar : "Fan, kamu kenapa."
Taufan : "nggak apa, Ma. Taufan
nggak apa. Taufan mau pamit sama kalian."
Tama : "memang kamu mau
kemana."
Taufan : "besok setelah acara
siraman Indy, aku mau pergi ke Amerika."
Semua terkejut mendengar nya,
Semua : "Amerika,."
Fadil : "loe bercanda,
Fan."
Taufan : "Gue serius, Dil."
Ambar : "nggak, kamu nggak boleh
pergi."
Taufan : "aku mohon, Ma. Aku mau
berbisnis disana."
Setelah banyaknya bujukan, akhirnya
mama mengijinkan Taufan berangkat meski hati mama berat sekali. Sementara
Fadil, dia bingung kenapa disaat dia sudah bersatu sama Kamila dia harus
berpisah dengan Taufan. Saat Taufan dan Fadil saling bicara.
Fadil : "jadi loe beneran mau
berangkat, Fan."
Taufan : "iya,Dil."
Fadil : "apa karena gue loe
pergi."
Taufan : "gue pergi karena ada
bisnis dil. Udah loe tenang aja, gue akan baik-baik aja disana."
Fadil : "tapi, Fan. Loe belum
ada setahun disini. Masa loe mau pergi lagi."
Taufan : "menurut gue, loe lebih
bahagia dan damai kalau gue pergi. Bukannya loe yang suruh."
Fadil : "maksud loe."
Taufan : "maksud gue, loe."
Lagi-lagi, kepala Taufan mendadak
sakit Fadil disamping nya khawatir langsung.
Taufan : "gue nggak apa, Dil.
Loe jangan khawatir ya."
Fadil : "Fan, kalau loe pergi
karena gue. Gue nggak ijinkan."
Taufan : "(berdiri)Fadil, mau
loe apa sih. Egois banget jadi orang, gue disini salah. Gue pergi salah
hah.(Menuju kamar)"
Fadil : "Taufan, tunggu."
Di kamar,
Taufan : "sebenarnya aku kenapa
ya, kenapa aku selalu pusing seperti ini."
Keesokan harinya, keluarga Reinaldy
melakukan acara siraman untuk Indy. Taufan memilih menjauh dari keluarganya.
Fadil dan Kamila bersebelahan.
Andara : "hari ini kamu jadi
pergi, Fan."
Taufan : "iya, Ra. Kenapa."
Andara : "nggak apa, Fan. Aku
pasti akan kangen sama kamu."
Taufan : "aku juga, Ra. Oh iya,
sebelum aku pergi aku ada sesuatu buat kamu."
Andara : "apa, Fan."
Taufan : "Ra, aku sangat
mengharapkan kamu menjadi pendamping aku nanti tapi semua ini hanya keinginan
saja. Karena bisa saja, ini pertemuan kita yang terakhir."
Andara : "kenapa kamu bicara
seperti itu."
Taufan : "aku, aku sakit
Ra."
Andara : "maksud kamu."
Taufan : "aku nggak bisa kasih
tahu sama kamu sekarang."
Dari kejauhan, Kamila melihat
Fandara.
Kamila : "kak, itu kak Taufan
sama Andara lagi ngapain."
Fadil : "mungkin lagi
perpisahan, kan hari ini Taufan mau ke Amerika."
Taufan : "Ra, aku mau kamu kasih
semua rekaman ini ke acara 40 hari kelahiran anak Fadil dan Kamila."
Andara : "rekaman apa,
Fan."
Taufan : "nanti kamu akan tahu,
Ra."
Tak lama kemudian, acara siraman
selesai.
Taufan : "acara selesai, itu
artinya aku akan pergi."
Sejam kemudian, Taufan pamitan dengan
keluarga Reinaldy, Edo, Eyang Tini, Harris, dan Laras.
Taufan : "Pa, Taufan pamit
ya."
Tama : "kamu jaga diri baik-baik
sayang."
Taufan : "iya, Pa. Ma, Taufan
pergi ya."
Ambar : "Fan, mama ikut ya. Mama
nggak mau kamu pergi lagi."
Taufan : "ma, aku pasti pulang
kok. Jangan sedih ya ma. Fadil."
Fadil : "Taufan, loe yakin mau
pergi."
Taufan : "iya, dil. Gue yakin.
Kamila."
Kamila : "kak Taufan."
Taufan : "aku pergi, jaga
kandungan kamu baik-baik ya."
Kamila : "iya kak, kak Taufan
jaga ginjal nya ya."
Taufan : "iya, Mila.
Andara."
Andara : "(pelukan)Taufan,
aku."
Taufan : "sstt, (melepas
pelukan)jangan sedih rara sayang, jaga diri kamu ya. Aku sayang sama kamu."
Andara : "aku, juga sayang sama
kamu."
Taufan : "Edo, selamat ya.
Semoga loe dan Indy bahagia, gue minta maaf kalau selama ini gue kasar sama
loe."
Edo : "iya, Fan. Gue juga minta
maaf."
Taufan : "iya, Do. Indy, semoga
kamu jadi istri yang baik ya."
Indy : "iya, Fan. Makasih
ya."
Taufan : "om harris, tante laras
bu Tini, saya pamit. Dan saya titip makam Alena ke kalian, kalau saya tidak
kembali. Untuk om Haris jaga ginjal anda baik-baik."
Haris : "terima kasih,
Fan."
Setelah acara pisah, tampak ada Alena
hadir di tengah-tengah.
Taufan : "Alena."
Alena : "Taufan(pelukan)"
Taufan : "aku senang ketemu
kamu."
Alena : "aku juga, Fan."
Kamila : "Alena."
Alena : "Fan, aku akan selalu
ada dihati kamu."
Taufan : "kamu juga sayang. Aku
pergi ya."
Akhirnya Taufan pergi juga ke
Amerika, hari berganti hari, bulan berganti bulan. Taufan mendapat kabar kalau
Kamila sudah melahirkan.
Taufan : "selamat, dil. Gue ikut
bahagia."
Fadil : "iya, Fan. Jadi kapan
loe pulang."
Taufan : "gue. Aw
kepalaku."
Fadil : "hallo, Fan. Fan, lho
kok putus."
Taufan pergi ke RS, dan disuruh CT-scan
ternyata hasilnya.
Dokter : "Bad news, kamu
mengidap kanker otak stadium 3."
Taufan : "what's, oh no. This
not maybe, I don't have cancer. Ahh."
Dokter : "hei, keep silent.
Temuilah dokter ahli bedah yang bernama Dr. Maharani dia dokter penangan dalam
masalah ini. Dia asli Jakarta."
Taufan : "baik dok.
Thanks."
Di Apartement nya, dia menelpon Andara.
Andara : "Apartement, iya ya.
Aku bantu. Bye."
Seminggu kemudian, Taufan tiba di
Jakarta. Dia menceritakan semuanya ke Andara.
Andara : "Apa, kanker otak
stadium 3."
Taufan : "iya,
(menceritakan)"
Andara : "baiklah aku akan
rahasiakan ini semua dari keluarga kamu."
Sementara itu, keluarga Reinaldy
mengadakan 40 hari lahirnya putri Fadil dan Kamila yang bernama Fadilla Anugrah
Putri Reinaldy. Setelah selesai,
Andara : "Kamila, ini ada
titipan dari Taufan sebelum dia pergi."
Kamila : "apa ini, Ra."
Andara : "itu rekaman, Mila.
Kamu akan melihat berapa besar pengorbanan Taufan untuk kamu dan Fadil, dia
pergi ke Amerika hanya untuk kalian saja."
Kamila : "Apa."
Andara : "iya, dia yang cerita
semuanya. Dan setelah kamu melihat ini, kamu akan melihat siapa yang jahat
selama ini.(Meninggalkan Kamila)"
Kamila melihat rekaman itu, tampak disitu
ada Taufan yang menyamar jadi Fadil. Mulai dari Taufan tidur di lantai, bak
mandi, di sofa, bahkan ada Fadil memarahi perbuatan Taufan itu. Dan Taufan
hanya bilang kalau semua ini dia lakukan demi anak Fadil, aku nggak ada maksud
untuk ini itu sama Kamila. Hanya karena itu, Taufan malah rela di
marahi-dipukuli siapapun ditengah kondisi sakit saja dia malah tetep rela
hujan-hujanan untuk mencari Kamila. Taufan melakukan semua ini demi keselamatan
calon anak Fadil dan Kamila. Setelah melihat tayangan itu, Kamila sedih dan
menyesal atas sikapnya ke Taufan ingin dia menemui Taufan tapi dia nggak
mungkin ke Amerika. Sementara itu, Taufan melakukan kemoterapi yang pertama.
Taufan sempat pesimis tapi berkat bantuan dari Andara Taufan berjuang keras. 1
bulan kemudian, kanker Taufan mulai hilang, meski rambutnya kini tinggal
sedikit. Memori pengingat nya pun mulai menurun, dia sudah mulai lupa termasuk
nama Alena. Suatu malam, Taufan pergi sendirian tanpa di temani Andara. Dia
nongkrong di Red Cafe, ternyata disitu ada Fadil yang akan makan malam. Tapi
sayang, mereka nggak ketemu karena Taufan keluar lewat pintu lain. Tapi, Taufan
meninggalkan obat nya. Dan ditemukan pelayan, karena Fadil mirip dengan Taufan.
Pelayan : "maaf, pak."
Fadil : "iya."
Pelayan : "anda pemilik obat
ini."
Fadil : "bukan."
Pelayan : "tapi, tadi saya lihat
anda bawa ini."
Fadil : "maksud anda ada yang
mirip saya gitu."
Pelayan : "iya."
Fadil : "makasih. (Dalam hati)apa
yang dimaksud pelayan tadi adalah Taufan. Masa iya, Taufan di Jakarta. Terus
obat apa ini.(Melihat obat)astagfirullah, ini kan obat."
Fadil sangat shock, dia berharap
Taufan tidak kenapa-napa. Dirumah ketika itu sepi, mama papa pergi undangan.
Kamila nemenin Eyang Tini.
Fadil : "Taufan, loe ada dimana
sih."
Sementara itu, Taufan kembali merasa
pusing. Untung dia masih punya, cadangan obat. Setelah minum obat, Taufan
istirahat.
Fadil : "oh iya, Andara. Pasti
dia tahu.(Menelpon Andara)"
Andara : "Fadil, ada apa."
Fadil : "Bisa kita ketemu. Ada
hal yang mau aku bicarakan sama kamu."
Andara : "dimana, red Cafe
ya."
Fadil : "iya, Ra. Bye."
Di Red Cafe,
Fadil : "Ra, apa kamu tahu
dimana Taufan."
Andara : "kenapa kamu tanya
tentang Taufan, bukannya kamu tahu sendiri kalau dia sekarang ada di
Amerika."
Fadil : "udah deh, Ra. Kamu
jangan bohong, aku tau semuanya. Kamu tahu tadi aku ketemu Taufan."
Andara : "oh, terus."
Fadil : "kamu gimana si, aku
tanya kamu malah balik tanya. Oh iya aku mau tunjukkan sesuatu."
Andara : "Apa."
Fadil : "kamu pasti tau kan ini
apa."
Andara : "itu semacam vitamin,
kan."
Fadil : "kamu lupa, aku ini kan
dokter."
Andara menangis, dia nggak sanggup
cerita tentang kondisi Taufan yang sakit parah.
Fadil : "kenapa kamu nangis,
Ra."
Andara : "aku nggak sanggup
cerita ini semua ke kamu, Dil. Aku udah janji sama Taufan."
Fadil : "janji, tapi aku ini
saudara nya Ra. Masa aku nggak boleh peduli sama dia."
Andara : "aku kasih alamat nya
saja, kamu temui dia aja ok."
Fadil : "ya sudah kalau
begitu."
Andara : "ini, tapi aku juga
minta rahasiain ini dari keluarga kamu. Apalagi ke Kamila."
Fadil : "kenapa."
Andara : "Karena Taufan nggak
mau bikin mereka sedih dan Taufan nggak mau membuat Kamila bersalah atas
semuanya. Jadi aku mohon jangan ya."
Fadil : "baiklah, kalau begitu.
Aku duluan."
Di rumah,
Fadil : "(dalam hati)lebih baik
kesana nya besok pagi saja, kan kasihan kalau aku ganggu malam-malam gini."
Keesokan harinya, Fadil pamit ke
Kamila.
Kamila : "Kak Fadil."
Fadil : "Iya,Mila."
Kamila : "nanti Mila ada arisan
sama mama, nggak apa kan."
Fadil : "iya nggak apa kok
sayang, tapi asalkan nanti malam jalan-jalan sama aku."
Kamila : "kemana kak."
Fadil : "ehm, ada deh. Ada 2
pilihan, jalan-jalan ke pasar malam, bioskop."
Kamila : "dua-duanya
boleh."
Fadil : "yang bener nih,
serius."
Kamila : "iya, kak. Mila
serius."
Fadil : "ok, kamu pulang jam 6
ya."
Kamila : "siap, bos."
Fadil : "ya udah, aku berangkat
kerja dulu ya."
Kamila : "iya kak, sun dulu
dong."
Fadil : "(cium pipi Kamila)gantian
dong."
Kamila : "(cium pipi Fadil)
hati-hati ya kak."
Fadil : "iya,
assalamualaikum."
Kamila : "waalaikumsalam."
Setelah Fadil pergi,
Kamila : "(dalam hati)hm,
sebenernya gak ada arisan sih. Kerjain kak Fadil ah.(Masuk rumah)"
Di rumah, Kamila tampak sibuk untuk
membuat sesuatu. Dia membuat Kue bolu khusus suami tercinta nya. Setelah bahan
sudah lengkap, baru deh Kamila mulai masak.
Kamila : "hm, enaknya aku kasih
apa ya. Coklat, nanas, stroberi, atau. Hmm."
Pikiran Kamila muncul untuk memberi
hiasan pada kuenya.
Kamila : "aku tulis Fadil
Reinaldy n Kamila Regina Putri selamanya."
Setelah menghias jadi deh tuh kue,
Kamila simpan rapat di kulkas. Sementara itu, Fadil akan mengunjungi Taufan.
Setiba di apartement Taufan.
Fadil : "(mengetuk pintu)"
Taufan : "(membuka pintu)"
Fadil : "Taufan."
Taufan : "Fadil."
Fadil : "(peluk Taufan)"
Taufan : "hah."
Fadil : "loe kemana aja, Fan.
Kenapa loe nggak kasih kabar kalau loe ada di Jakarta, gue kangen sama
loe."
Taufan : "Fadil, (melepas
pelukan)siapa yang kasih tahu alamat gue."
Fadil : "dari Andara, Fan. Tapi
loe jangan marah dulu sama dia karena gue yang paksa dia."
Taufan : "oh, masuk dulu
dil."
Setelah masuk,
Taufan : "ada apa, Dil. Tumben
loe kemari."
Fadil : "ini gue mau kasih ini,
(serahin obat)"
Taufan : "oh, makasih ya Dil.
Gue yakin loe pasti tau obat apa ini."
Fadil : "Fan, ada yang mau
tanyakan ke loe."
Taufan : "Apa, Dil."
Fadil : "sebenernya loe sakit
apa, kenapa loe minum obat macam itu."
Taufan : "itu vitamin gue, dil.
Loe tau kan kalau ginjal gue tinggal 1."
Fadil : "Udah deh, Fan. Loe
jangan bohongin gue. Loe pikir gue bego apa, gue itu dokter jadi gue tau itu
obat apa."
Taufan : "haha, loe tuh ya.
Mentang-mentang dokter, loe sombongin ke gue."
Fadil : "Taufan."
Taufan : "(menatap mata
Fadil)"
Fadil : "udah deh, loe jangan
bohong lagi sama gue. Lebih baik loe jujur aja deh sekarang, gue janji akan
bantu loe."
Taufan : "(sedih dan meneteskan
air mata)"
Fadil : "(deketin Taufan)loe
kenapa nangis, Fan."
Taufan : "gue, gue sakit
Dil."
Fadil : "sakit apa, Fan."
Taufan : "dokter Amerika bilang
kalau gue mengidap kanker otak stadium 3."
Fadil : "APA?! Kanker otak
stadium 3."
Taufan : "iya,dil. Gue sedih
banget denger ini semua."
Fadil : "astagfirullahalazim, (ikut
nangis)"
Taufan : "Fadil.(Bersandar di
dada Fadil)"
Fadil juga ikutan nggak percaya apa
yang terjadi pada kakak kembarnya itu, seolah ini adalah mimpi buruknya. Ingin
dia bangun dari ini semua, tapi ternyata itu semua adalah nyata.
Taufan : "Fadil, gue nggak tahan
semua ini semua pengobatan gue ini sangat menyiksa gue."
Fadil : "maksud loe."
Taufan : "(melepas kupluknya)loe
lihat Dil, rambut gue nipis banget kan. Gue bakalan botak dil."
Fadil : "astagfirullahalazim,
loe."
Taufan : "gue nggak sanggup,
dil."
Fadil : "jadi..."
Taufan : "iya, Dil. Gue sakit
dil."
Fadil : "Ya Allah, Fan.(Peluk
Taufan)"
Taufan : "(sedih)gue nggak
tahan, dil."
Fadil : "sabar,Fan. Ini cobaan
dari Allah."
Taufan : "loe nggak ngerti, dil.
Semua pengobatan gue ini sangat menyiksa gue."
Fadil : "tapi, Fan."
Taufan : "kenapa ini harus
terjadi, Dil. Kenapa, aku nggak sanggup Dil."
Fadil : "(dalam hati)Ya Allah,
kenapa Taufan harus engkau uji dengan penyakit keras itu. Apa salah
Taufan?"
Taufan : "(lepas pelukan)sorry
dil, gue."
Fadil : "nggak apa, Fan. Gue
bisa ngerti kok."
Taufan : "oh iya, loe mau minum
apa. Biar gue buatin."
Fadil : "nggak usah repot-repot
Fan."
Taufan : "nggak apa kok, dil.
Pasti loe mau tehh kan, gue buatin ya.(Menuju dapur)"
Fadil mengikuti Taufan ke dapur.
Fadil : "loe di Jakarta sejak
kapan."
Taufan : "gue udah di jakarta 3
bulan yang lalu dil."
Fadil : "hah, 3 bulan. Kenapa
loe nggak kasih kabar ke gue."
Taufan : "karena gue nggak mau
menambah beban ke loe, Dil. Lagipula, loe kan harus fokus ngurusin putri loe.
Jadi, loe gak perlu repot."
Fadil : "tapi, Fan. Biar
gimanapun, loe itu saudara gue. Loe juga harus ngurusin loe, kalau loe
kenapa-napa gimana."
Taufan : "Aku udah siap apabila
Allah memanggil aku, Dil."
Fadil : "Taufan."
Taufan : "mungkin ini hukum
karma kali."
Fadil : "maksud loe."
Taufan : "hukum karma buat gue,
Allah sedang menghukum gue atas perilaku gue menyamar jadi loe."
Fadil : "hah."
Taufan : "iya, dil. Kalau aja
loe nggak nolongin gue dari villa itu, pasti gue nggak akan berbuat seperti
itu. Harusnya loe nggak peduliin gue waktu itu, biar gue mati aja."
Fadil : "Taufan, kenapa loe
bicara seperti itu."
Taufan : "jelas gue bicara
seperti itu, Dil. Kalau loe nggak nolongin gue pasti gue nggak akan berbuat
bodoh dengan menyamar jadi loe, dan gue nggak akan mendapatkan hukuman karma
ini."
Fadil : "nggak, Fan. Ini bukan
hukuman karma buat loe, tapi cobaan dari Allah Fan."
Taufan : "itu menurut loe, tapi
menurut gue iya Dil."
Fadil : "Taufan, cukup. Loe
jangan bicara seperti itu, sekali loe bicara kayak gitu gue hajar loe."
Taufan berusaha mencairkan suasana
yang sedang panas, dengan mengalihkan pembicaraan.
Taufan : "ini minuman buat
loe."
Fadil : "makasih."
Taufan : "gimana kabar mama dan
papa."
Fadil : "mereka baik-baik aja
kok, Fan."
Taufan : "terus Kaffa
gimana."
Fadil : "dia juga baik, dia mau
gue masukkin ke playgroup."
Taufan : "oh gitu."
Fadil : "ya udah kalau gitu, gue
pamit pulang ya. Loe jangan kecapekan, loe istirahat ya."
Taufan : "pasti Dil, lagian
besok gue ada jadwal kemoterapi."
Fadil : "masa, kalau gitu gue
jemput loe jam 9 ya."
Taufan : "hah, nggak usah Dil.
Lagian gue sama Andara kok."
Fadil : "tapi, Fan."
Taufan : "udah, nggak usah. Buat
gue loe kasih support ke gue udah lebih cukup kok."
Fadil : "ya sudah kalau itu mau
loe, gue pamit pulang. Assalamualaikum."
Taufan : "waalaikumsalam."
Di rumah, Kamila masih sibuk
menyiapkan surprise nya.
Kamila : "huah, kue udah es Krim
strobery udah, hm. Aaa, aku kerjain dulu kak Fadil. Aku bakalan kasih tepung ke
mukanya kalau perlu aku gojlok dulu. Hihi, maaf kak Fadil Mila lagi mau jahat
sama kak Fadil tapi ntar happy ending kok kak. Hihihi."
Di luar, Fadil sudah datang.
Kamila : "hah, itu pasti kak
Fadil(menuju pintu)"
Fadil : "(membuka pintu)"
Kamila : "(mematung)"
Fadil : "Kamila, kamu ngapain di
depan pintu gini. Mau matung gitu."
Kamila : "kok baru pulang
kak."
Fadil : "memang biasanya aku
pulang jam segini kan."
Kamila : "oh tidak bisa, kok BBM
Mila nggak dibales."
Fadil : "hah, kamu BBM aku Mila.
Masa?"
Kamila : "nih tulisannya
"kak, pulang sekarang" hayo, mau bohong sama istri cantik ini."
Fadil : "jangan galak-galak gitu
dong, aku kan nggak tau."
Kamila : "oh tidak bisa, ayo
masuk.(Pura-pura jewer Fadil)"
Fadil : "adeh, sakit Mila.
Iyaya, aku masuk. Tapi lepasin dong."
Kamila : "ahh, buruan dong.
Katanya mau ajak nonton."
Fadil : "iya sayang, aku mandi
dulu lepasin dong."
Kamila : "huh."
Fadil : "(pegang
telinganya)sakit sayang, kok galak gitu sih(cubit hidung Kamila)"
Kamila : "aw, sakit kak. Udah
sana mandi, buruan."
Fadil : "iyaya, kamu kerasukan
apa sih. Judes banget.(Masuk ke kamar mandi)"
Kamila : "(dalam hati)hihi,
akting aku berhasil wkwk."
Setengah jam kemudian, Fadil dan
Kamila sudah di ruang makan berdua.
Fadil : "kita ngapain
disini."
Kamila : "udah nggak usah bawel,
kak. Sekarang kak Fadil tutup mata nya dulu."
Fadil : "hah, kenapa."
Kamila : "tutup matanya."
Fadil : "iya aku tutup
mata.(Menutup mata)"
Kamila : "inget jangan lihat,
kalau lihat matanya bintitan lho."
Fadil : "iyaya, aku nggak lihat.
Buruan."
Kemudian Kamila menyiapkan makanan dan
minuman nya yang sudah dia buat tadi dan meletakkan di depan meja persis Fadil.
Fadil : "udah belum."
Kamila : "belum, kak."
5 menit kemudian,
Kamila : "okay, sekarang udah
bisa dibuka."
Fadil : "(membuka
mata)hah."
Kamila : "taraaa, happy aniversary
wedding kak."
Fadil : "Kamila."
Kamila : "iya kak, hari ini kan
aniv pernikahan kita."
Fadil : "kamu inget hari
ini."
Kamila : "iya dong kak, masa
nggak inget. Ini yang buat Kamila sendiri lho."
Fadil : "hah,(peluk Kamila)
makasih sayang. Kamu bener-bener princess aku."
Kamila : "kak Fadil juga prince
Mila kok."
Fadil : "tapi caramu jahat ah,
masa aku di jewer dimarahi gitu."
Kamila : "(tertawa
lepas)huahahaha."
Fadil : "idih, ditanya malah
ketawa. Makin gila aja."
Kamila : "tapi gila-gila gini
juga kak Fadil demen kan, hayo ngaku. (Senggol Fadil)"
Fadil : "iya aku ngaku, aku
demen sama kamu. Tapi makasih ya, aku terharu sama semua ini sayang."
Kamila : "iya kak, sama-sama.
Ayo kak, kita makan bareng."
Fadil : "ayo sayang."
Ketika makan,
Fadil : "wow, ini makanan yang
terenak sepanjang hidup aku. Kamu jago banget, berarti bisa dong kalau kamu aku
daftarkan jadi master chef."
Kamila : "(tersedak)apa, master
chef."
Fadil : "iya."
Kamila : "(pegang jidat
Fadil)kak Fadil nggak panas kan, berarti masih waras dong."
Fadil : "hah, kamu pikir aku
lagi